Di penghujung minggu kedua bulan September, SMPN 1 Sukodono mengadakan “Workshop Pembelajaran Berbasis Literasi dan Numerasi” selama tiga hari berturut-turut. Berlokasi di El Hotel Kartika Wijaya Batu, pelatihan berlangsung secara khidmat dan menyenangkan. Seluruh jajaran guru, wakil kepala sekolah, hingga tenaga kependidikan ikut serta dalam rangkaian pelatihan tersebut.
Panca Olah Institute sendiri diundang sebagai pembicara tamu dengan tema Character Building Panca Olah Method. Sri Marhaeni, M.Pd selaku kepala sekolah mengemukakan bahwa pelatihan ini penting untuk membangun dan menghidupkan karakter guru-guru di sekolah, terlebih saat ini mereka menghadapi masa transisi dari pembelajaran secara daring menuju pembelajaran berbasis tatap muka.
“Kesadaran dan kepedulian guru-guru perlu dibentuk dan ditingkatkan, apalagi menghadapi era yang terus berkembang saat ini. Nuansa pembelajaran yang perlahan kembali berlangsung secara offline juga menjadi tantangan tersendiri bagi para guru yang selama dua tahun terakhir melakukan pembelajaran secara online, ujar Bu Heni.”
Mengawali sesi pelatihan, Indra Hanjaya sebagai Spiritual Life Coach menjelaskan apa yang saat ini terjadi di dunia secara global. Mulai dari soal pandemi beserta efek dominonya, transisi menuju era kesadaran spiritual yang lebih tinggi, hingga penemuan-penemuan sains yang menguak bahwa manusia sejatinya adalah makhluk energi.
Coach Jaya juga menekankan bahwa pendidikan karakter hakikatnya ialah proses penggalian dari dalam ke luar. Paradigma yang mendasarinya ialah inside-out. Artinya, apa yang tercermin di luar sebenarnya merupakan cerminan dari apa yang ada dalam diri seseorang. Oleh karena itu, diperlukan tahapan-tahapan yang tersusun dari Olah Pikir, Olah Hati, Olah Rasa, Olah Raga, hingga Olah Karsa sebagai formula utamanya.
Melalui Panca Olah, guru-guru akan mampu menemukan potensi terpendam yang ada dalam dirinya, sehingga hal itu juga akan berdampak pada murid-murid yang diajarnya. Oleh karena itu, pengenalan akan diri sendiri (seperti mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan, dan sejenisnya) menjadi penting untuk menunjang proses optimalisasi potensi yang terkandung dalam diri.
“Di era ini, berteori saja tidak cukup, karena dengan praktik dan pengalaman seseorang akan mendapatkan pelajaran dan makna secara nyata. Di sinilah peran seorang coach dibutuhkan. Bahkan, setiap guru seharusnya bertindak sebagai coach bagi para muridnya, tegas Coach Jaya.”
Program-program coaching pun memiliki variasi yang beragam, sesuai dengan tujuan dan harapan seorang coachee dalam proses coaching yang dilakukan. Sebagai lembaga pemberdayaan diri, Panca Olah Institute tentu menawarkan banyak pilihan yang bisa diambil oleh berbagai kalangan, mulai dari guru, murid, mahasiswa, karyawan, ibu rumah tangga, hingga kalangan profesional.