pancaolah

Metode aktualisasi potensi diri yang dirancang oleh Panca Olah Institute yang terdiri dari Olah Pikir, Olah Hati, Olah Rasa, Olah Raga, dan Olah Karsa.

What is Panca Olah ?

Panca Olah merupakan metode aktualisasi potensi diri yang dirancang oleh Panca Olah Institute. Secara berurutan, komponen Panca Olah terdiri dari Olah Pikir, Olah Hati, Olah Rasa, Olah Raga, dan Olah Karsa. Sebagai basis keilmuan, Panca Olah menyinergikan nilai spiritual, psikologi, pendidikan, dan pengembangan diri.

Sebagai sebuah teori, Panca Olah merupakan pengembangan lebih lanjut dari gagasan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, tokoh yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia, pada masa hidupnya. Sementara itu, dalam tataran praksis Panca Olah adalah sintesis dari berbagai metode klasik maupun kontemporer dalam mendukung proses aktualisasi potensi diri seseorang.

Melalui Panca Olah, seseorang akan diajak untuk menggali dan mengelaborasi potensi-potensi diri yang terpendam untuk diaktualisasikan dalam kehidupan nyata. Hal ini merupakan infrastruktur penting yang menunjang seseorang untuk menjalani kehidupan sesuai dengan bakat dan potensi yang telah dianugerahkan dalam dirinya.

Why Panca Olah?

Perjalanan bangsa Indonesia telah mencapai tiga perempat usianya menuju satu abad kemerdekaan. Imajinasi dan harapan pun telah dicanangkan oleh pemerintah mengenai bagaimana negeri ini di tahun 2045 nanti.

Visi Indonesia Emas 2045 merupakan cetak biru dari rencana pengembangan Indonesia secara holistik dengan pilar utamanya, yakni: 1) pembangunan sumber daya manusia (SDM) dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), 2) pembangunan ekonomi berkelanjutan, 3) pemerataan pembangunan, dan 4) ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan.

Panca Olah hadir sebagai satu instrumen penting dalam bidang pendidikan dan pengembangan manusia di berbagai aspeknya, mulai dari intelektual, emosional, spiritual, fisik, dan kemampuan berkarya seseorang dalam rangka mempersiapkan Indonesia Emas 2045.

Who Panca Olah?

Kehadiran Panca Olah diperuntukkan kepada seluruh manusia, khususnya warga Indonesia. Ia merupakan sari pati dari kearifan pendidikan dan ajaran luhur yang telah berusia ribuan tahun yang kemudian dikemas dalam bentuk terbaru, sehingga bisa digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia-manusia yang hidup di era sekarang.

Menyongsong Indonesia Emas 2045, pendekatan Panca Olah ini menjadi penting untuk diketahui dan diterapkan oleh generasi muda bangsa Indonesia saat ini. Bonus demografi yang akan dihadapi oleh negeri ini tentu membawa pilihan konsekuensinya, apakah dengan itu kemudian peradaban bangsa ini akan kembali meninggi, atau ia justru terpuruk lagi.

Data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional

Pada akhirnya, Panca Olah bertujuan untuk menciptakan pribadi-pribadi yang holistik serta mampu mengaktualisasikan potensi terbaik dari setiap orang, sehinga mereka akan berperan sesuai keahliannya masing-masing dalam upaya pembangunan bangsa di masa mendatang.

How Panca Olah?

Metode Panca Olah diterapkan pada setiap pelatihan yang diadakan oleh Panca Olah Institute berupa aktivitas atau kegiatan tertentu yang dilakukan oleh peserta pelatihan. Hal ini disesuaikan dengan relevansi dari pelatihan yang diadakan, dengan menggunakan teknik-teknik terapan dari metodologi Panca Olah Institute.

Skema Panca Olah

Sebuah bangunan yang kokoh tentu memiliki pondasi yang kuat. Kekuatan yang tampak di luar sejatinya refleksi dari apa yang tertanam di dalam. Begitu pula, hal ini juga berlaku dalam diri manusia. Setiap orang memiliki sistem keyakinan (belief system) yang tertanam dalam dirinya. Sistem yang mempengaruhi bagaimana kita memandang dunia, merespon masalah, menyikapi peristiwa, serta berperilaku di dunia nyata maupun maya.

Paradigma pendidikan dan pengembangan diri yang berlaku di dunia secara luas saat ini ialah model outside-in. Artinya manusia dituntut untuk mencari dan menggali hal-hal yang ada di luar dirinya. Akibatnya, timbul kemudian tekanan mental yang aspek turunannya berupa stres, overthinking, kelelahan, dan sederet penyakit fisik maupun kejiawaan lainnya.

Merespons hal ini, Panca Olah Institute menawarkan pendekatan yang berbeda untuk menanggulangi problem di atas. Dengan mengedepankan paradigma inside-out, seseorang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas dirinya, sehingga hal ini akan otomatis berpengaruh terhadap apa-apa yang akan ia dapatkan di luar.

Ibarat cermin, kejernihan sebuah kaca akan menentukan bagaimana penampakan seseorang ketika di depan cermin. Kekayaan, kesuksesan, dan pencapaian besar juga bergantung pada kesiapan wadah dan kapasitas setiap orang untuk menerima hal itu.

“Barang siapa mengenal dirinya, maka sungguh ia akan mengenal Tuhannya.”

Konkretnya, setiap orang perlu mengenali dirinya dalam spektrum yang luas dan menyeluruh. Pengenalan akan diri sendiri itulah yang kemudian membawa manusia untuk menemukan serta mengaktualisasikan potensi terpendam yang sebenarnya telah dianugerahkan Tuhan kepada setiap orang. Panca Olah dalam hal ini hadir sebagai metode untuk membantu sekaligus mempercepat aktualisasi potensi diri, sehingga pada akhirnya setiap manusia mampu menjalani hidup sesuai dengan kodrat dan fitrah dirinya.

Pendidikan model inilah yang kami sebut sebagai Pendidikan yang Berkesadaran

Pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai ajaran leluhur bangsa Indonesia, khususnya apa yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara pada masanya. Pemikiran yang visioner dan jauh ke depan tentang pendidikan yang tidak semata dilihat dari aspek luarnya saja, melainkan juga berfokus pada aspek dalam diri manusia itu sendiri. Menyinergikan semua aspek yang terkandung dalam diri manusia. Pikir yang membuahkan daya literasi, hati yang mendorong timbulnya struktur etika, rasa yang menstimulus kepekaan estetika, raga yang berdampak pada kelincahan kinestetik, serta karsa yang membuahkan karya terbaik (masterpiece) dari setiap manusia.

pancaolah

Belief system merupakan sistem kepercayaan dan keyakinan yang mendasari laku kehidupan manusia. Selain itu, belief system juga merupakan penggerak dan daya dorong dari setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam kesehariannya. Ia merupakan saripati dari spiritualitas, realitas, nilai hidup, pandangan dunia, dan makna kehidupan. Belief system laksana kompas penunjuk arah dan pemberi tanda dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks keindonesiaan, belief system juga mencakup nilai-nilai luhur yang telah menjadi budaya dan mengakar dalam kehidupan masyarakat di setiap daerah. Perilaku dan kebiasaan gotong-royong, tolong-menolong, ramah, santun, toleran, dan peduli terhadap sesama merupakan beberapa ciri khas yang menjadi nilai budaya ketimuran, khususnya di Indonesia.

Selain itu, belief system yang memiliki pengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia ialah pondasi berupa spiritualitas yang kokoh dan kuat. Secara spesifik, hal itu bisa disebut dengan ketauhidan (oneness). Kesadaran kontemplatif bahwa terdapat Zat Tunggal yang Maha Perkasa lagi penuh Kasih Sayang terhadap makhluknya. Dengan bekal ketauhidan, seseorang akan memiliki pendirian yang teguh, tidak terombang-ambing dalam kebingungan, dan mampu menjalani hidup sesuai fitrah kediriannya.

Pilar Panca Olah Institute

Pilar Panca Olah Institute tidak lain ialah nilai utama (core value) dari Panca Olah Institute yang diambil dari akronim kata emas. Pemilihan kata emas sendiri mengandung makna tersendiri. Hal itu merupakan bagian dari visi Panca Olah Institute untuk mendukung terwujudnya cita-cita Indonesia Emas 2045. Emas ialah singkatan dari Enlightenment, Mastery, Actualization, dan Synergy.

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, Panca Olah Institute memiliki nilai-nilai yang dilengkapi dengan kata kunci serta panduan perilaku yang bisa diterapkan dalam rangka menuju manusia yang holistik dan berkesadaran.

Enlightenment

Kata Kunci :

kontribusi

Seimbang

Ketenangan

Toleran

Perilaku :

1. Kepedulian yang mengedepankan nilai welas asih terhadap semua makhluk.

2. Menggunakan pikiran, perasaan, dan totalitas dalam aktivitas yang dilakukan.

3. Bersikap tenang dalam segala situasi dan kondisi yang sedang dihadapi.

4. Menghormati dan menerima pendapat atau keyakinan orang lain.

Mastery

Kata Kunci :

Kepemimpinan

Kompetensi

Integritas

Kapabilitas

Perilaku :

1. Berkarakter, dapat dipercaya berlandaskan iman dan kebaikan.

2. Dapat diandalkan dengan kinerja yang profesional.

3. Konsistensi antara pengetahuan, perkataan, dan perbuatan yang selaras dengan nilai kebaikan.

4. Mengetahui kekuatan dan kelemahan diri untuk mendukung proses tumbuh kembang seseorang.

Actualization

Kata Kunci :

Kreatif

Karya

Inovatif

Konsisten

Perilaku :

1. Mampu menghasilkan karya yang bernilai sebagai bentuk aktualisasi diri.

2. Menghasilkan hal berguna dan bermanfaat untuk banyak orang.

3. Melakukan inovasi secara konsisten untuk menghasilkan karya yang unggul.

4. Fokus dan totalitas dalam melakukan pekerjaan.

Synergy

Kata Kunci :

Kolaborasi

Persatuan

Kebinekaan

Gotong Royong

Perilaku :

1. Mampu bekerja sama dengan banyak pihak untuk kemajuan bersama.

2. Menyadari bahwa manusia sebagai makhluk sosial.

3. Mearawat persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

4. Ikut serta dalam kegiatan bersama untuk menumbuhkan kehidupan sosial yang harmonis.

Olah Pikir – Literasi

pancaolah

Olah Pikir ialah pendayagunaan daya intelektual berupa akal secara optimal oleh seseorang, sehingga hasilnya tercermin dari kecakapan literasi dalam memahami sesuatu. Literasi sendiri identik dengan kegiatan membaca, berdiskusi, menulis, dan serangkaian kegiatan yang mendorong timbulnya kreativitas dan inovasi dari dalam diri manusia.

Berdasar survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) dan kemudian dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke-62 dari 70 negara dalam hal tingkat literasi. Artinya, Indonesia merupakan negara kedelapan terendah di dunia dari tujuh puluh negara yang mengikuti survei tingkat literasi secara global.

Riset lain yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity dengan judul World’s Most Literate Nations Ranked pada Maret 2016 lalu menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand dan di atas Bostwana. Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.

Di samping itu, data dari UNESCO menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia berada di kisaran angka 0,001 persen. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Hal ini tentu amat memprihatinkan serta merupakan masalah besar bagi bangsa ini yang perlu diselesaikan. Literasi yang rendah akan berpengaruh ke banyak aspek dalam kehidupan, mulai dari pengembangan ilmu dan pengetahuan, sikap keberagamaan, respon terhadap sebuah informasi, cara memecahkan sebuah masalah, kesejahteraan hidup, penghargaan terhadap sejarah dan budaya, dan banyak lainnya.

Oleh karenanya, diperlukan proses pengolahan pikir yang baik dengan kegiatan seperti membaca buku atau bahan bacaan sejenis yang berkualitas, melakukan refleksi dan perenungan, berdiskusi bersama teman, menulis jurnal pribadi, dan beragam aktivitas lain yang mendukung terciptanya literasi yang baik di bidang keilmuan, keuangan, teknologi, sejarah, kebudayaan, hingga peradaban.

Olah Hati – Etika

pancaolah

Olah Hati merupakan proses melatih dan mengembangkan aspek emosional yang pada tahap akhirnya bertujuan untuk menumbuhkan etika yang baik dalam diri seseorang. Cerminan etika akan tampak pada perilaku dan sikap seseorang terhadap sebuah masalah atau peristiwa yang terjadi pada kehidupan sehari-harinya.

Meskipun dikenal sebagai negara yang ramah dan sopan oleh warga dunia, hasil survei bertajuk Digital Civility Index yang dilakukan oleh Microsoft ternyata memperlihatkan hasil yang berbeda. Tingkat kesopanan dan keberadaban masyarakat Indonesia berada di peringkat ke-29 dari total 32 negara yang disurvei. Data ini tentu perlu menjadi evaluasi secara serius bagi bangsa ini, terlebih di era digital saat ini.

Beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai langkah untuk mengolah hati antara lain berpuasa, melakukan deep talk dengan diri sendiri, membaca buku, merenung, mengonsumsi makanan yang sehat, berolahraga, menyadari emosi yang dirasakan dan menerimanya, berbagi cerita dengan orang yang dipercaya, mengambil jeda dari kesibukan yang ada, melakukan perjalanan ke tempat baru, membantu orang lain, melakukan aktivitas atau hobi yang disukai, dan banyak lainnya.

Olah Rasa – Estetika

pancaolah

Olah Rasa adalah bagian ketiga dari keseluruhan Panca Olah yang berfokus pada peningkatan kepekaan rasa dan intuisi yang berkaitan dengan dimensi spiritual. Pemenuhan kebutuhan spiritual menjadi penting untuk menciptakan harmonisasi dalam diri manusia. Eksplorasi aspek spiritualitas sejatinya membutuhkan waktu dan proses yang perlu mendapat bimbingan oleh mentor atau coach yang tepat.

Daniel Pinchbeck dalam bukunya yang berjudul How Soon Is Now mengemukakan bahwa era ini merupakan saat di mana diperlukan revolusi spiritual dalam kehidupan manusia secara umum. Hal ini dikarenakan banyak orang yang lebih mengutamakan aspek material dan menegasikan aspek spiritual. Pierre Teilhard de Chardin bahkan mengatakan bahwa manusia sebenarnya ialah makhluk spiritual yang diperjalankan untuk memiliki pengalaman sebagai makhluk material.

Oleh karena itu, diperlukan mekanisme pengelolaan aspek spiritual dalam diri manusia yang disesuaikan dengan konteks dan nuansa zaman sekarang. Spiritualitas yang sehat akan mendorong terjadinya keselarasan dan keseimbangan antara tubuh, pikiran, jiwa, dan ruhani seseorang.

Dalam praktiknya, terdapat beberapa aktivitas yang bisa dilakukan untuk mengolah rasa seseorang. Di antaranya ialah meditasi, suluk, riyadhah, berdzikir, berpuasa, mendaki gunung, melakukan ziarah ke pusara orang-orang suci, berkontemplasi di alam terbuka, melukis, menulis, menggambar, dan lain sebagainya.

Olah Raga – Kinestetik

pancaolah

Olah Raga ialah proses pengolahan aspek fisikal untuk mendapatkan tubuh yang ideal dan proporsional. Kesehatan badan menjadi tujuan dari mengapa olah raga perlu dilakukan oleh setiap orang. Dengan tubuh yang prima, maka seseorang bisa menjalankan aktivitas kesehariannya dengan baik dan optimal, baik dalam lingkup keluarga, instansi tempat bekerja, masyarakat, hingga kenegaraan.

Persoalan obesitas (kelebihan berat badan) dan stunting (kekurangan gizi) menjadi momok yang menakutkan bagi Indonesia. Berdasarkan catatan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) Kementerian Kesehatan menunjukkan angka 21,8 persen untuk obesitas di Indonesia. Angka itu terus beranjak naik sejak Riskesdas 2007 sebesar 10,5 persen dan 14,8 persen pada Riskesdas 2013. Sementara itu, data dari lembaga serupa menunjukkan bahwa masalah stunting berada pada angka 17,7 persen secara nasional.

Diperlukan upaya pengolahan raga yang baik agar kita terhindar dari beragam penyakit yang berkaitan dengan tubuh. Di antara aktivitas yang bisa dilakukan adalah melakukan aktivitas fisik secara rutin, mengonsumsi maknaan sehat dan bergizi, workout, fitness, jogging, running, berenang, sepakbola, bulutangkis, tenis meja, tenis lapangan, bersepeda, dan sejenisnya.

Olah Karsa – Karya

pancaolah

Olah Karsa merupakan aspek kelima yang berkaitan dengan aktualisasi diri dari setiap manusia untuk menghasilkan sebuah karya yang bernilai guna dan bermanfaat. Kelahiran sebuah karya sendiri berangkat dari tumbuh dan berkembangnya daya kreativitas dan inovasi sebagai bekal untuk menciptakan karya yang berkualitas.

Sebuah penelitian bertajuk Global Creativity Index pada tahun 2015 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-115 dari 139 negara. Survei yang dilakukan Martin Prosperity Institute ini menilai indeks kreativitas suatu negara berdasarkan tiga indikator, yaitu teknologi, talent (kecakapan sumber daya manusia), dan toleransi. Sementara itu, dalam studi yang dilakukan oleh World Intellectual Property Organization pada tahun 2021 dengan tema Global Innovation Index, didapati bahwa Indonesia berada pada urutan ke-87 dari total 132 negara yang diteliti.

Daya kreativitas dan inovasi yang rendah ini perlu disikapi dengan serius oleh segenap masyarakat Indonesia. Terlebih, persaingan dan kompetisi di era digital ini semakin ketat dan sulit. Berbagai upaya untuk menghasilkan manusia kreatif dan inovatif perlu dilakukan jika kita tidak ingin terus tertinggal oleh negara lain. Aktualisasi potensi diri yang unik dari setiap orang perlu digalakkan di berbagai sektor kehidupan untuk mendorong terciptanya karya-karya berkualitas dari anak negeri.