Ngolah Diri: Menyatu dengan Alam, Budaya, dan Diri Sendiri untuk Pulang dengan Hati yang Terisi Penuh

SELASA, 14 OKTOBER, 2025

Ngolah Diri: Menyatu dengan Alam, Budaya, dan Diri Sendiri untuk Pulang dengan Hati yang Terisi Penuh

Bogor, 11–12 Oktober 2025 — Dalam kesibukan dunia yang serba cepat dan penuh distraksi, sebelas peserta berkumpul di Villa Amruriah, Bogor, untuk mengikuti program Ngolah Diri: Nature Culture Wellness yang diselenggarakan oleh Panca Olah Institute. Selama dua hari, mereka menjalani perjalanan kembali menuju diri melalui keheningan alam, sentuhan budaya, dan praktik kesadaran diri yang mendalam.

Sejak awal, keheningan menjadi pintu masuk utama. Usai registrasi dan welcome drink, peserta diminta berjalan tanpa bicara menuju situs Arca Domas sebagai latihan awal untuk menajamkan kesadaran dan kehadiran penuh. Setibanya di Arca Domas, peserta melakukan grounding di alam dengan melepas sandal, dimulai dari lantai satu Arca Domas. Peserta disambut oleh Coach Jaya dan Kang Deni.

Acara dibuka dengan sambutan dari Kang Deni selaku penjaga Arca Domas yang menjelaskan sejarah singkat situs Arca Domas serta adat yang berlaku saat berkunjung, termasuk tata cara membuka sandal dan memasuki teras dari 1–5 secara berurutan.

Lagu Indonesia Raya dan Manuk Dadali kemudian bergema di tengah kesejukan pagi, mengikat rasa cinta tanah air dengan suasana spiritual yang hening. Momen itu menjadi simbol bahwa perjalanan ngolah diri bukan sekadar tentang pribadi, tetapi juga bagian dari kesadaran kolektif sebagai manusia dan bangsa.

Ngolah Diri

Sesi pertama dipandu oleh Coach Jaya, yang mengajak peserta untuk menenangkan diri melalui meditasi dan latihan merilis emosi melalui titik source spot, sebuah teknik sederhana untuk menyentuh titik emosi manusia sebagai simbol memaafkan dan menerima pengalaman hidup sehari-hari.

Peserta juga diajak untuk mengingat diri mereka pada usia sepuluh tahun dan menyampaikan pesan kepada versi kecil dari diri sendiri. Suasana hangat dan haru menyelimuti sesi ini ketika setiap peserta berani menyapa luka dan harapan yang mungkin lama terlupakan. Aktivitas ini menghasilkan berbagai pandangan dan pesan yang hangat serta reflektif.

Layaknya art therapy, sesi Mandala Healing mengajak peserta menyusun bunga-bunga dalam pola melingkar. Setiap kelopak yang ditata melambangkan fragmen pengalaman dan trauma yang ketika dipandang utuh, ternyata membentuk keindahan. Coach Jaya menambahkan refleksi tentang hukum paradoks, bahwa dalam setiap kebenaran selalu ada kebenaran lain. Paradoks inilah yang mengajarkan kelenturan berpikir dan membuka ruang bagi kesadaran yang lebih luas.

Sesi selanjutnya dimulai dengan penanaman bunga sebagai simbol perpindahan energi di sekitar Arca Domas, diikuti oleh Kak Salwa yang mengajak peserta untuk menentukan level kesadaran diri sesuai teori David Hawkins.

Ngolah Diri

Pada sesi ini, Coach Jaya mengajak peserta memahami spektrum emosi, mengenali cara mengatur, dan berdamai dengan berbagai perasaan yang muncul. Sesi ini juga menyinggung tentang energi kehidupan, bahwa setiap energi, bahkan dari mereka yang telah tiada, tidak hilang, melainkan terus beresonansi.

Coach Jaya juga mengingatkan agar kita tidak terburu-buru menghakimi diri dengan label seperti introvert atau ekstrovert tanpa screening formal dari ahli. Sesi ditutup dengan peserta mengucapkan bersama sambil memegang dada kiri dan berkata: “Hidup adalah perayaan suka cita”. Hal ini menjadi pengingat untuk merayakan setiap momen dalam hidup dengan penuh sukacita.

Memasuki bagian selanjutnya, Coach Jaya meminta peserta untuk menuliskan kembali tujuan mereka mengikuti program Ngolah Diri serta emosi negatif yang ingin mereka rilis. Pada sesi ini, peserta diberikan kiat-kiat untuk latihan meditasi di rumah, termasuk langkah-langkah yang dapat dilakukan sehari-hari. Dijelaskan bahwa meditasi tidak hanya terbatas pada sadar nafas, tetapi juga mencakup aktivitas aktif dengan kesadaran penuh, yang bermanfaat sesuai dengan peran masing-masing. Selain itu, peserta diperkenalkan dengan doa rahasia, sebuah latihan untuk mendoakan siapa pun untuk kebaikan orang tersebut. Tak hanya itu, praktik mendoakan dan berterima kasih pada diri sendiri dan sel-sel tubuh juga menjadi aspek penting yang hari ini sering kita sampingkan.

Ngolah Diri

Menjelang senja, suasana berubah menjadi syahdu ketika sesi tarawangsa dimulai. Kang Parlan membuka sesi dengan menyampaikan filosofi mengenai budaya tarawangsa. Setiap peserta mendapatkan impresi baru saat menyaksikan kesenian rarawangsa. Mereka kagum dan menikmati alunan musik serta tarian yang disajikan. Dalam sesi refleksi, beberapa peserta merespon dengan antusias dan bahkan merasa terharu hingga ingin menangis saat mendengarkan resonansi musik yang dimainkan. Ketika mencoba mengikuti tarian Teh Amoy, peserta merasa bahwa gerakan yang terlihat mudah ternyata cukup sulit untuk dilakukan. Tarian ini bukan sekadar gerakan, tetapi melibatkan penyesuaian antara irama musik, gerakan tubuh, dan kesadaran penuh.

Hari kedua dimulai dengan meditasi pagi dan senam energi yang dipimpin oleh Kang Parlan dan Teh Emma. Peserta kemudian diajak menyusuri hutan pinus menuju Curug Cipeteuy, berjalan dalam hening sambil mengamati alam dengan panca indra penuh.

Di tengah perjalanan, mereka mengikuti sesi tree hugging. Setiap peserta memilih satu pohon pinus, bersandar, memejamkan mata, dan kemudian memeluknya. Tak sedikit peserta yang menitikkan air mata, melepaskan emosi yang lama tertahan, seolah bumi turut memeluk balik dan memberi ruang bagi kelegaan yang baru.

Ngolah Diri

Setibanya di Curug, air menjadi sarana rilis emosi. Peserta duduk hening, lalu menyelamkan kepala ke air tujuh kali sambil mengingat Sang Pencipta. Dalam sesi pelepasan ini, mereka juga menjerit tiga kali di bawah pancuran, dengan makan melepaskan marah, sedih, dan beban batin yang tersimpan.

Air terjun menjadi saksi proses penyembuhan yang dalam, sebuah simbol bahwa dalam setiap deras aliran, selalu ada kesempatan untuk mulai kembali. Setelah sesi di curug, peserta menikmati coffee break sederhana dengan wedang dan pisang, kehangatan kecil yang memulihkan tenaga setelah proses emosional yang intens.

Setibanya kembali di vila, sesi penutupan dipandu oleh Teh Kenny. Peserta diminta menuliskan refleksi mengenai satu hal paling berkesan, dua hal yang ingin dibagikan, dan tiga hal yang akan dilakukan setelah pulang.

Sebagian besar menulis tentang momen di curug, momen memeluk pohon pinus, dan sajian real food yang menenangkan. Dari refleksi itu lahir komitmen kecil namun bermakna: melakukan meditasi rutin, menjaga pola makan alami, melatih sadar napas, dan berbagi praktik sederhana seperti memeluk pohon atau berjalan di alam kepada orang terdekat.

Ngolah Diri

Program Ngolah Diri bukan sekadar kegiatan dua hari di alam, melainkan sebuah perjalanan pulang ke dalam diri. Melalui harmoni antara alam, budaya, dan kesadaran, peserta belajar bahwa keseimbangan tidak dicari di luar, tetapi diolah dari dalam. Mereka benar-benar pulang—dengan hati yang lebih ringan, tenang, dan terisi penuh.


Leave a Reply