PancaOlah.com - Pada hari Senin (27/05) waktu setempat di Balong Kabayan, sebuah tempat yang menjadi wadah untuk melestarikan ajaran pendidikan dan kebudayaan di Kota Bogor, Panca Olah Institute m engadakan kegiatan Sarasehan Selasa Kliwonan dengan mengundang masyarakat umum dari segmen pelajar, orang tua, mahasiswa, dosen, profesional, karyawan, psikolog, pegiat isu kesehatan mental, hingga budayawan.
Sarasehan Selasa Kliwonan sendiri dalam catatan sejarah merupakan agenda rutinan yang diinisasi oleh Ki Ageng Suryomentaram, Ki Hajar Dewantara bersama beberapa rekan mereka dari kalangan pendidik, budayawan, dan beragam profesi lainnya sebagai forum untuk diskusi mengenai beragam hal yang menjadi isu bersama pada masa itu.
Mengangkat tema Sehatkan Mentalmu dan Layakkan Spiritualmu untuk Menghadapi Tantangan Zaman, agenda sarasehan kali ini dibersamai oleh Coach Indra Hanjaya, Founder dari Panca Olah Institute, yang telah malang melintang dalam dunia pemberdayaan manusia, termasuk kaitannya dengan kesehatan mental yang menjadi isu penting di negeri ini.
Sebelum memasuki sesi inti kegiatan, Kang Madun selaku praktisi budaya Sunda terlebih dahulu mengawali dengan pembacaan jangjawokan atau jampe yang menjadi salah satu ritual kebudayaan khas leluhur bangsa. Jangjawokan merupakan hasil cipta, karsa, dan rasa manusia Sunda. Ia memiliki akar kesejarahan yang mandiri.
Jangjawokan bukan sekedar puisi yang dapat dinikmati kata-katanya, namun sebagai sesuatu yang diyakini memiliki kekuatan. Meskipun jangjawokan sering disebut sebagai puisi Sunda oleh beberapa tokoh, namun ia memiliki makna lebih dari itu.
Sebagai contoh, jangjawokan yang dibaca oleh Kang Madun pada malam itu menurutnya berorientasi untuk mengharap keselamatan, keseimbangan, dan keselarasan dengan alam semesta raya yang menjadi perwujudan besar (makrokosmos) dari diri manusia.
Arifah Handayani, moderator dalam kegiatan malam itu, kemudian mengudar latar belakang dari penyelenggaran Sarasehan Selasa Kliwonan bertemakan kesehatan mental tersebut. Ia menyebut pentingnya menyikapi kondisi saat ini yang dipenuhi dengan kasus kesehatan mental yang melanda hampir seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.
Setelah itu, Sri Herlina selaku Direktur Panca Olah Institute turut memberikan pengantar pada diskusi malam itu. "Kesehatan mental saja tidak cukup, oleh karena itu kami menambahkannya dengan narasi spiritual care. Makna dari spiritual di sini bukanlah agama, tetapi aspek yang lebih mendalam dari hal itu."
Kesehatan mental, menurutnya, bisa menimbulkan efek dan dampak yang luar biasa jika tidak ditangani dengan tepat. Ada begitu banyak contoh di luar sana yang sedang terjadi bahwa semua hal bahkan bisa runtuh seketika saat kondisi kesehatan mental seseorang sedang tidak baik-baik saja.
Pada paparan inti, Coach Jaya memberikan pemantik mengenai dua hal yang perlu disadari kita sebagai manusia. Pertama, mulai tahun 2019 manusia sedang memasuki era revolusi Iblis. Suatu kondisi di mana begitu melimpahnya majelis atau tempat-tempat untuk berzikir, bershalawat, dan sejenisnya, namun hal itu justru membuat manusia lalai dan tidak sadar diri.
Lebih lanjut, ia juga mengemukakan fenomena di mana begitu banyak orang yang belajar agama, namun tidak serta-merta hal itu membuat nilai-nilai agama tampak dalam diri orang tersebut. Hal ini dikarenakan belajar agama sejatinya tidak otomatis mengubah kesadaran manusia.
"Di sisi lain, sejak tahun 2000 umat manusia sebenarnya telah memasuki era kebangkitan spiritual. Mulai tahun itulah setiap orang memiliki kecenderungan spiritual dan perlahan mencari jati dirinya," ungkap Coach Jaya.
Merespons hal ini, Coach Jaya kemudian menceritakan bagaimana percakapan antara Ali bin Abi Thalib dengan Rasulullah yang bisa menjadi renungan kita bersama. Saat itu Ali bertanya berapa banyak jalan menuju Tuhan, dan Rasulullah pun menjawab bahwa jalan menuju Tuhan sebanyak bilangan jumlah manusia di muka bumi.
Artinya, setiap orang pada dasarnya memiliki jalannya tersendiri dalam mengenal Tuhan, yang mana pintu awal untuk mengenal Tuhan justru terletak pada bagaimana manusia mengenal dirinya sendiri.
Coach Jaya kemudian melanjutkan keresahannya dengan menunjukkan bahwa fenomena terkait kesehatan mental yang muncul belakangan ini merupakan sesuatu yang mengerikan dengan beragam derivasinya.
Oleh karena itu, ia mengajak kita semua untuk kembali kepada akar jati diri kebangsaaan kita sebagai manusia. "Yang paling relevan hari ini adalah ajaran berisikan nilai-nilai kenusantaraan sebagaimana apa yang telah dibawakan oleh Ki Ageng Suryomentaram, Ki Hajar Dewantara, dan sebagainya," pungkas Coach Jaya.
Rangkaian kegiatan Sarasehan Selasa Kliwonan kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab seputar kesehatan mental yang pada akhirnya mau tidak mau menyentuh berbagai aspek keilmuan, mulai dari sejarah, sosiologi, antropologi, agama, psikologi, dan tentu saja spiritualitas manusia.