PancaOlah.com - Di akhir bulan Mei kemarin, tepatnya Sabtu (31/05) hingga Minggu (01/06) Panca Olah Institute kembali berkolaborasi dengan PSGA UIN Malang dan Yayasan Rumah Untukmu untuk memberikan pembekalan dan pelatihan bagi tim internal dalam membangun kesadaran emosi untuk keseimbangan diri.
Mengangkat tema utama Berani Merasa, Berani Melepas: Emotional Release untuk Keseimbangan Diri, kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari satu malam di Villa Griya Ummi, Batu. Rangkaian acara ini juga dilangsungkan dalam momen farewell PSGA UIN Malang yang diketuai oleh Dr. Istiadah serta penyambutan (welcoming) untuk Yayasan Rumah Untukmu yang dibuat sebagai wadah untuk membangun gerakan di bidang kesehatan mental, pemberdayaan perempuan dan laki-laki, serta pengembangan diri secara lebih utuh.
Dalam sambutan yang disampaikan, Dr. Istiadah, Ketua Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Malang selama lebih dari lima tahun terkahir, menyampaikan rasa terima kasihnya terhadap tim Panca Olah Institute yang telah berkenan hadir untuk membersamai proses farewell bersama tim internal tim PSGA.
Ia juga mengetengahkan pentingnya keberlanjutan dari gerakan ini, mengingat tahun ini merupakan tahun terakhirnya menjadi ketua dari lembaga otonom di bawah LK2PM UIN Malang tersebut. Atas dasar itulah ia menginisiasi lahirnya Yayasan Rumah Untukmu yang diharapkan menjadi wadah bagi lebih banyak orang dalam isu kesehatan mental, pencegahan dan penanganan kekerasan seksual, gender, dan lain sebagainya.
"Harapannya, Yayasan Rumah Untukmu nanti bisa mengambil peran dari proses perkembangan manusia dari lahir hingga wafat kembali," tegas Dr. Istiadah. Tak hanya itu, ia juga mengharapkan yayasan ini bisa menjadi rumah serta wadah untuk lebih banyak orang yang memiliki kesamaan visi dan misi untuk bergerak secara optimal.
Sebelum peserta yang terdiri dari tim lama PSGA UIN Malang serta tim baru dari Yayasan Rumah Untukmu mendapatkan pelatihan bersama Panca Olah Institute, terlebih dahulu diselenggarakan penyerahan simbolis oleh Ketua PSGA UIN Malang, Dr. Istiadah, terhadap perwakilan tim Yayasan Rumah Untukmu sebagai makna bahwa perjuangan yang telah dilakukan oleh PSGA UIN Malang sebelumnya akan dilanjutkan oleh tim baru dalam naungan Yayasan Rumah Untukmu.
Mengawali sesi pelatihan, Coach Lina memberikan pengarahan dalam sesi pre-test terhadap seluruh peserta yang ikut terlibat. Momen pre-test ini menjadi penting sebagai proses screening awal terhadap kondisi setiap orang yang akan menjadi garda terdepan dalam gerakan yang akan dilakukan ke depannya. Ia juga menjadi acuan data untuk memberikan penanganan secara tepat bagi perorangan dengan catatan yang unik.
Selepas shalat zuhur, agenda utama pelatihan bersama Coach Jaya dilakukan dengan ketentuan utama berupa sadar penuh dan hadir utuh. Artinya, setiap peserta diharap mengikuti rangkaian pelatihan dengan kesadaran yang menyeluruh serta kehadiran secara utuh, baik dari segi fisik, pikiran, jiwa, hingga aspek ruh.
Coach Jaya terlebih dahulu mengajak peserta untuk memetakan kondisi yang mereka rasakan. Ada beberapa opsi yang diberikan, dan masing-masing diminta mengukur ada berapa item yang termuat dalam kondisi saat ini. Pilihan item itu merupakan instrumen untuk mendeteksi bagaimana kesehatan mental manusia.
"Siapa yang memenuhi 1, 2, 3, hingga 11 item di atas silahkan angkat tangannya secara bergantian. Atau ada yang merasa tidak memiliki atau merasakan salah satu dari kondisi di atas," tanya Coach Jaya. "Dari sebelas poin yang ada di sini, salah satunya merupakan indikator, sedangkan sepuluh lainnya adalah instrumen pengukurnya," sambung Spiritual Life Coach tersebut.
Tentu, screening kondisi mental itu untuk menjadi jembatan dalam mengoptimalkan proses mengurai mental block dan sampah jiwa yang ada di dalam diri setiap manusia. Pasca asesmen yang dipandu oleh Coach Jaya, peserta juga diperlihatkan bagaimana kondisi dunia di sekitarnya hari ini.
Mulai dari terungkapnya grup fantasi sedarah yang memiliki lebih dari 42 ribu anggota, deretan kasus pencabulan dan kekerasan seksual di pondok pesantren atau lingkungan pendidikan di sekolah hingga universitas, krisis kesehatan mental yang menghantui generasi Z di Indonesia, kasus bunuh diri yang naik secara terus-menerus, hingga masalah yang paling dikhawatirkan oleh warga dunia.
Pemahaman terhadap realitas yang terjadi di sekitar hari ini menjadi penting untuk meneroka bagaimana arah gerak dari PSGA UIN Malang serta Yayasan Rumah Untukmu ke depannya, karena saat ini mayoritas manusia berada dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.
Merespons hal ini, Coach Jaya memberikan panduan bagaimana bisa menjadi pribadi yang sehat mental. Ada empat poin yang perlu dilakukan, yakni mengolah diri, menjernihkan pikiran, menata hati, dan sempurnakan takdir Ilahi yang menjadi muaranya. Ia juga menyampaikan pentingnya integrasi antara agama dan spiritualitas sebagai komponen penyusun kesadaran itu sendiri.
Lebih lanjut, peserta juga dibekali dengan cara memahami emosi yang datang serta bagaimana menyikapinya secara tepat. Mempraktikkan dikotomi kendali antara apa yang ada di dalam kontrol dan di luar kontrol kita juga menjadi hal yang penting, di samping latihan untuk mencintai diri sendiri yang perlu dipupuk secara kontinyu.
"Kesehatan mental hanya akan dimiliki oleh siapa saja yang memiliki kelayakan spiritual," tegas Coach Jaya dalam sesi pelatihan. Untuk itu, membangun koneksi spiritual menjadi hal yang dipesankan kepada seluruh peserta untuk menghadapi tantangan yang akan ditemui dalam menggerakkan yayasan ke depan.
Koneksi spiritual itu tersusun dari membangun relasi dengan Tuhan, membangun relasi dengan manusia, dan tentunya disertai dengan membangun relasi dengan alam sebagai penguatnya. Sadari, hargai, dan syukuri menjadi tiga prinsip utama yang menjadi tips praktis dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Memahami tiga pertanyaan penting dalam hidup serta menemukan jawaban atas ketiganya juga disampaikan Coach Jaya kepada seluruh peserta. Tak lupa, ia mendorong setiap peserta yang hadir untuk tidak sebatas mencari pekerjaan, tetapi juga menemukan misi dalam hidupnya.
Sesi pelatihan bersama tim PSGA UIN Malang dan Yayasan Rumah Untukmu pada akhirnya dipungkasi dengan sesi merelase emosi serta mengaktivasi mindset serta program-program baru yang bersifat positif untuk menggantikan mental block dan sampah jiwa yang telah mengendap lama dalam diri setiap peserta.