PancaOlah.com- Pada hari Kamis, 20 Oktober 2022, Panca Olah Institute bersama Kampoeng Sinaoe Sidoarjo serta Kirana Kejora, seorang penulis kondang yang menekuni dunia writerpreneur, datang berkunjung ke SMPN Satu Atap Buduran, Sidoarjo.
Sekolah ini sendiri terletak di Dusun Kepetingan, Desa Sawohan, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo. Akses menuju sekolah ini tergolong masih cukup sulit. Untuk menuju ke sana, pilihannya hanya dengan jalur darat yang hanya bisa dilewati kendaraan roda dua atau jalur laut dengan perahu.
Terdapat satu perahu yang dikhususkan sebagai transportasi bagi para guru yang hendak mengajar murid di sekolah. Perahu itu berlayar setiap pagi (sekitar pukul 07.00 WIB) dari dermaga di Bluru Kidul, dan akan kembali dari sana pada siang hari (sekitar pukul 11.00 WIB).
Rombongan kami saat itu memilih menuju ke sana dengan perahu mengarungi jalur laut bersama para guru dan mahasiswa program Kampus Mengajar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang ditugaskan selama enam bulan sejak Agustus hingga Desember nanti.
Dalam perjalanannya, kami beberapa kali melihat satwa seperti angsa dan beberapa burung air yang beterbangan. Selain itu, kami juga disuguhi pemandangan tetumbuhan dan pepohonan hijau di kanan kiri perahu selama perjalanan.
Diperlukan waktu sekitar 45 menit untuk sampai pada Dusun Kepetingan, tempat di mana SMPN Satu Atap berdiri. Di dusun ini pula, terdapat makam dari Putri Ayu Dewi Sekardadu, seorang Ibu dari Raden Ainul Yaqin atau Raden Paku atau Kanjeng Sunan Giri, salah seorang anggota dari Wali Songo pada zamannya.
Dewi Sekardadu sendiri merupakan anak dari Raja Blambangan pada saat itu, yang kemudian dari rahimnya lahir Raden Paku/Sunan Giri, di mana kebetulan hari ini bertepatan dengan haulnya. Menurut RM. Lutfi Ghozali, Founder PERNISANAN sekaligus Peneliti Nisan di Nusantara, Sunan Giri adalah figur yang berjasa dalam upaya menghidupkan sistem dan kerajaan terstruktur yang menyebabkan Islam bisa berkembang dan tersebar seperti hari ini.
Secara bangunan fisik, sekolah ini tergabung dengan SDN Sawohan 2, sehingga ia dijuluki SMPN Satu Atap, karena seringkali proses pembelajarannya berlangsung secara bersamaan dengan murid SDN Sawohan 2.
Pak Mubayyin, Guru SMPN Satu Atap Buduran, mengatakan bahwa saat ini terdapat 23 murid dari seluruh jenjang kelas. Akan tetapi, saat itu hanya 13 orang yang hadir, sedangkan 10 orang lainnya dari Desa Pucukan berhalangan hadir karena kendala transportasi.
Hujan yang lebat pada beberapa waktu terakhir membuat lintasan air yang dilewati perahu murid dari Desa Pucukan terhalang oleh tanaman eceng gondok yang lebat dan menutupi akses jalan yang biasa digunakan.
Setibanya di sekolah, Kirana Kejora, seorang sastrawan nasional yang telah malang-melintang dalam dunia kepenulisan dengan beragam novel, cerpen, dan karya tulis lainnya, memberikan inspirasi dan berbagi tentang bagaimana para murid di SMPN Satu Atap Buduran perlu bersyukur karena mereka bisa sekolah dengan keadaan yang tergolong baik.
Ia menceritakan bagaimana keadaan anak-anak seusia mereka di Papua, Maluku, dan Sumatra yang lebih sulit tantangan dan kendala untuk menuju sekolah dan menikmati akses ke dunia pendidikan. Selain itu, ia juga mendorong para murid untuk menekuni apa yang menjadi minat mereka, apa pun itu.
Kirana Kejora mengungkapkan salah satu peluang karir yang menjanjikan di masa depan ialah dengan menjadi penulis, karena menurutnya semua bidang kerja membutuhkan jasa dan tenaga seorang penulis. Dari menulislah ia kemudian bisa melanglang buana ke seluruh Indonesia dan dunia.
Untuk melatih keterampilan menulis, Kirana memberikan tips untuk memulainya dengan dari hal yang sederhana, seperti menuliskan diary secara rutin setiap harinya sebagaimana ia lakukan sejak kelas 3 SD. Setelah itu, perlahan mereka bisa menemukan ritme dan gaya kepenulisannya sendiri.
Akan tetapi, satu pesan penting dari Kirana Kejora ialah bagaimana kita bisa setia dengan pilihan bidang yang ditekuni, apa pun itu. Ketekunan dan kesungguhan itulah yang nanti akan membuat semesta mendukung dan membantu segala hal yang kita kerjakan.
Di sesi selanjutnya, Indra Hanjaya, Founder dari Panca Olah Institute, juga berbagi dan mengajak para murid SMPN Satu Atap Buduran menyadari, menghargai, dan mensyukuri atas kondisi mereka dengan terlebih dahulu memberikan senyum terbaik masing-masing untuk mengawali sesi tersebut.
Menguatkan apa yang disampaikan Kirana Kejora, Coach Jaya menceritakan bagaimana kekuatan menulis bisa termanifestasi dalam hidup setiap manusia. Ia menceritakan pengalamannya yang menulis mimpi untuk mendirikan lembaga praktik dalam bidang psikologi dan pemberdayaan diri bisa terwujud secara nyata sebagaimana ia tuliskan dalam sebuah buku catatannya.
Coach Jaya yang juga merupakan seorang Spiritual Life Coach itu kemudian menanyakan perihal mimpi setiap murid yang hadir di kelas itu. Ia mengajak mereka untuk menuliskannya di buku impian secara khusus.
Setelah menuliskannya, mereka perlu memberikan afirmasi positif dengan doa, kalimat-kalimat yang baik, dan memvisualisasikannya setiap hari agar impian itu bisa terwujud pada suatu saat di masa depan nanti.
Teknik dan metode tersebut menurut Coach Jaya terbilang cukup ampuh karena ia sendiri sudah mempraktikannya dan mengajarkannya ke banyak orang dalam pelatihan-pelatihan yang pernah ia bawakan.
Sebagai sosok yang peduli akan dunia pendidikan, ia juga mengajak para murid untuk memaksimalkan fasilitas dan kesempatan yang ada untuk meraih masa depan yang lebih baik. Kesungguhan dalam belajar disertai pertolongan Tuhan itulah yang bisa mengubah nasib mereka.
Sebelum mengakhiri sesi kelas inspirasi, Ida Nurmala sebagai perwakilan dari Kampoeng Sinaoe juga memberikan tambahan motivasi dan semangat bagi murid-murid untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yakni jenjang SMA/SMK/MA.
Pada akhirnya, kunjungan pendidikan ini menyadarkan kita bahwa pemerataan akses dan kualitas pendidikan perlu diperhatikan lebih jauh oleh para pemangku kebijakan yang berwenang. Kualitas pendidikan dan pengajaran harus setara dan berimbang, tidak boleh tebang pilih.
Cita-cita besar mewujudkan Indonesia Emas 2045 dimulai dengan memberikan perhatian lebih kepada akses pendidikan berkualitas yang setara bagi seluruh murid, tak terkecuali bagi mereka yang ada di SMPN Satu Atap Buduran, Sidoarjo.