PancaOlah.com - Pada pertengahan bulan April lalu, tepatnya pada 18 - 19 April 2025, Klinik Permata Medical Center kembali menyelenggarakan pelatihan bertajuk Capacity Building Program angkatan kedua berkolaborasi dengan Panca Olah Institute sebagai kegiatan yang bertujuan untuk membangun pelayanan dengan hati serta bekerja dengan tujuan yang diikuti oleh perawat, asisten perawat, bidan, hingga bagian kasir.
Kegiatan in-house training selama dua hari itu dilaksanakan di Katumbiri Resort, Bogor. Rangkaian acara dilakukan sejak Jumat pagi hingga Sabtu siang. Pembukaan pelatihan dilakukan di tempat terbuka dengan nuansa yang dekat dengan alam sekitar, serta dikelilingi dengan pepohonan rindang dan pemandangan eksotis yang mengelilingi wilayah Katumbiri Resort.
Dalam sambutannya, Ibu Etti Sudaryati mewakili jajaran direksi Klinik Permata Medical Center menyampaikan harapan agar para peserta pelatihan benar-benar serius dan totalitas dalam mengikuti rangkaian pelatihan yang bertujuan utama mengenal diri secara mendalam, serta di sisi lain juga membangun kapasitas agar para karyawan bisa memberikan pelayanan dengan sepenuh hati serta bekerja dengan tujuan.
Sebelum memasuki sesi utama pelatihan, peserta terlebih dahulu diajak untuk mengisi pre-test yang bertujuan sebagai asesmen terhadap diri masing-masing. Hal ini penting untuk dilakukan agar bisa termonitor bagaimana dampak dan perubahan peserta sebelum dan sesudah mengikuti rangkaian pelatihan.
Pada sesi ini, Coach Jaya serta Coach Lina yang akan menjadi pemateri utama pelatihan memberikan dasar dan gambaran terkait rangkaian pelatihan yang akan berjalan selama dua hari ke depan. Setelah mengisi pre-test, para peserta kemudian memasuki aula untuk mengikuti proses dan tahapan Capacity Building Program.
Membuka rangkaian pelatihan, Coach Jaya mengajak para peserta untuk berefleksi terkait hubungan dengan diri sendiri. Pria yang telah malang-melintang dalam dunia pemberdayaan diri itu mengungkapkan bahwa sering kali manusia lupa untuk terhubung dengan dirinya sendiri, sehingga hal itu memicu kekacauan di luar dirinya.
Keterhubungan dengan diri itu bisa dilihat dari bagaimana seseorang memvalidasi emosi yang sedang dirasakan. Misalnya, ketika dalam keadaan lelah, apakah kita menyadarinya atau justru mengabaikannya begitu saja seolah tidak terjadi apa-apa?
Tiga prinsip yang terdiri berserah, terserah, dan menyerah diberikan oleh Coach Jaya sebagai kiat saat kita merasa dihadapkan dengan persoalan dan tantangan hidup yang begitu berat. Tentu sikap tersebut bukanlah bentuk keputusasaan kita sebagai manusia, melainkan manifestasi dari sikap pasrahh total sempurna.
"Apakah teman-teman pernah berterima kasih kepada diri sendiri?" tanya Coach Jaya dengan nada yang reflektif. Aspek ini penting untuk diketengahkan sebagai refleksi atas sering abainya kita terhadap diri sendiri. Dalam sesi tersebut, Coach Jaya mengajak para peserta untuk berlatih mengucapkan rasa terima kasih terhadap diri yang telah kuat dan terus bertahan, seberapa besar tekanan dan beban yang dirasakan setiap harinya.
Tak hanya itu, peserta juga diajak melakukan screening atas beberpa kemungkinan kondisi yang sedang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari rasa malas, sikap tidak percaya diri, sakit mental, overthinking, stres, trauma, masalah keluarga, hingga hilang arah. Itu semua adalah mental block dan sampah jiwa yang menghambat pertumbuhan manusia.
Atas dasar itulah kemudian Coach Jaya juga memandu peserta untuk merilis emosi-emosi negatif dan sampah jiwa yang telah mengendap selama bertahun-tahun agar mereka bisa terus tumbuh dan berkembang secara positif dalam kehidupan yang mereka jalani, baik dalam urusan pribadi maupun pekerjaan.
Dalam sesi siang harinya, pelatihan dilanjutkan dengan pembahasan mengenai kesadaran. Coach Jaya selaku Spiritual Life Coach mengemukakan bahwa revolusi spiritual era kini dimulai dengan mengolah diri, jernihkan pikiran, menata hati, dan sempurnakan takdir Ilahi. Ia juga mengurai perbedaan antara agama dan spiritual, dan bagaimana kesadaran terbentuk dari agama dan spiritual yang diintegrasikan, bukan mengabaikan salah satunya.
Setelah itu, peserta diajak untuk memahami apa itu kecerdasan emosional dan mengapa ia penting bersama Coach Lina. Sebagai pengantar, ia memberikan gambaran bahwa masalah emosi yang melanda manusia diakibatkan oleh berbagai faktor, mulai dari makanan yang dikonsumsi, kondisi fisik, hingga aspek spiritual.
Ia kemudian mengetengahkan poin-poin kunci yang perlu dilatih untuk membangun kecerdasan emosional, mulai dari kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, dan manajemen hubungan. Keempat aspek itu memiliki kata kuncinya tersendiri yang perlu direfleksikan secara mendalam oleh setiap orang.
Lebih lanjut, Coach Lina kemudian menjelaskan bagaimana memahami emosi yang datang ke dalam diri kita, seperti ketakutan yang mencoba memberi tahu bahwa kita sedang ditantang untuk berkembang, atau ketidaknyamanan yang memberi pesan bahwa kita diberi kesempatan untuk mengalihkan fokus.
Pembahasan seputar dikotomi kendali dan bagaimana kiat-kiat pratkis mencintai diri sendiri juga disampaikan secara gamblang oleh Coach Lina sebagai bekal untuk para peserta memahami apa dan bagaimana kecerdasan emosi bisa dilatih dalam kehidupan sehari-hari.
Sesi pelatihan kemudian dilanjutkan dengan pembekalan terkait komunikasi efektif melalui latihan berbicara dengan memperhatikan gestur tubuh, mimik muka, dan ekspresi suara. Setelah itu, rangkaian pelatihan Capacity Building Program dilanjutkan dengan sesi konseling personal yang dipungkasi dengan manifestasi dan program diri di depan api unggun yang dinyalakan pada malam hari di Katumbiri.
Sementara itu, pada hari kedua pelatihan, peserta diajak untuk melakukan experiential learning dan melakukan beberapa games di alam terbuka yang bertujuan untuk memupuk jiwa kepemimpinan dalam diri masing-masing peserta, serta melatih dinamika kelompok dan kerja sama antar peserta dalam sebuah misi dan pekerjaan tertentu yang perlu diselesaikan.
Akan tetapi, sebelum hal itu dilaksanakan, peserta terlebih dahulu melakukan meditasi kesadaran dengan dipandu oleh Coach Jaya di samping kolam renang. Meditasi tersebut bukan bertujuan untuk mengosongkan pikiran, melainkan menyadari apa pun yang terlintas dan hadir dalam benak kita sebagai manusia.
Beberapa aktivitas yang dilakukan sebagai aspek praksis di antaranya menggambar sebagai art therapy untuk mengekpresikan emosi yang dirasakan, menyusun bangunan dari perangkat yang disediakan untuk melatih kerja sama antar teman, observasi lingkungan sekitar, hingga mengumpulkan bola untuk melatih fokus dan kekompakan sebagai sebuah tim.
Pelatihan Capacity Building Program yang mengangkat tema Empowered Together: Serving with Heart, Working with Purpose itu pun dipungkasi dengan penyampaian pesan-pesan penting kepada para peserta dari pendiri Klinik Permata Medical Center, sebelum kemudian sesi aktivasi dan penutupan yang dipandu oleh Coach Jaya.