Sebagai bulan penutup dari sistem kalender hijriah, Dzulhijjah mengandung makna untuk setiap orang melakukan muhasabah sebelum memasuki tahun baru hijriah yang diawali dengan bulan Muharram. Menutup sesuatu hal dengan baik dan rapi akan menentukan bagaimana awal dari sebuah hal lainnya dalam setiap lini kehidupan kita.
Mengapa muhasabah merupakan hal yang penting dilakukan bagi kita? Salah satu alasan kuat yang bisa dikemukakan ialah karena dalam hidup manusia, prinsip utamanya ialah menjaga kondisi hati agar selalu dalam keadaan baik dan bersih dari segala kotoran yang merusak hati kita.
Oleh karena itu, pada setiap hal yang kita lakukan (mulai dari bercengkrama dengan orang lain, bermain gadget, dan lain sebagainya), hendaknya kita memperhatikan apakah hal itu membawa dampak baik atau buruk kepada kondisi hati kita. Apakah kegiatan itu membuat hati kita lebih bersih atau justru mengotori hati kita.
Dalam rangka menjaga kondisi hati ini, satu hal mutlak yang perlu terus-menerus kita lakukan ialah terus berbenah dan membersihkan diri dengan melaksanakan amalan maupun ritual di bawah bimbingan seorang mursyid. Peran mursyid dalam hal ini penting dan krusial sebagai mentor yang telah berpengalaman dan sudah menempuh jalan tersebut.
Perjalanan kehidupan tentu berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Lika-liku dan dinamika hidup yang dilalui pastinya beragam dan tidak sama. Tak jarang, kita berjalan keluar dari koridor hidup yang dikehendaki oleh-Nya akibat terlalu sering mencari apa yang ada di luar diri, ketimbang menggali apa yang ada di dalam diri kita.
Meskipun demikian, Tuhan begitu menyayangi hambanya dengan memberikan teguran berupa alarm-alarm kehidupan yang dikirimkan untuk mengentak kesadaran kita akan arah langkah yang kita tempuh dan tuju. Alarm itu merupakan pertanda bagi kita untuk lekas memasuki kondisi kesadaran.
Ketika kesadaran seseorang sudah menyala dan tumbuh berkembang, maka peristiwa apa pun yang terjadi dalam hidupnya (termasuk teguran dan alarm dari Tuhan) akan dimaknai dan dijadikan sebuah rahmat, bukan malah menyalahkan orang lain dan berkeluh kesah. Ia selalu mencari kambing hitam atas permasalahan yang menimpa hidupnya. Padahal, Nabi Muhammad menganjurkan kita untuk melakukan introspeksi diri saat mendapat sebuah ujian.
Pentingnya memasuki kondisi kesadaran ini juga akan melahirkan respons yang berbeda saat menghadapi sebuah masalah. Sebagai contoh, pandemi Covid-19 tentu secara lahiriah berpengaruh dan berbahaya bagi kondisi tubuh kita. Akan tetapi, dari kacamata kesadaran dan spiritual, pandemi itu sejatinya tidak mengancam sama sekali.
Lebih jauh, bahkan perang sekalipun tidak menjadi masalah jika kondisi kesadaran manusianya sudah layak. Lantas apa yang sebenarnya menjadi ancaman terberat dalam hidup kita? Tak lain dan tak bukan ialah kotornya hati kita karena dosa-dosa yang menumpuk dan sering kali tidak kita sadari.
Saat kita kufur atas nikmat, karunia, dan anugerah yang diberikan oleh Tuhan dengan cara berbuat dosa atau maksiat, bukan malah mensyukurinya dengan cara yang baik dan disukai oleh-Nya, maka itulah hal yang akan mengancam dan membahayakan hidup kita ke depan.
Di sinilah letak penting muhasabah bagi setiap manusia. Dengan melakukan muhasabah, seseorang akan tahu bagaimana jalan hidup yang ia tempuh? Apakah telah selaras dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan, atau justru melenceng jauh dari tujuan ia diciptakan sebagai manusia yang berkedudukan di muka bumi.