Ibarat sebuah buku yang akan diterbitkan, ia memiliki premis utama mengenai apa gambaran besar isi buku tersebut. Begitu pula dengan kehidupan yang kita jalani. Salah satu premis utamanya adalah bahwa hidup di dunia saat ini bukanlah hal yang bersifat abadi. Dalam bahasa lain, segala riak dan bumbu kehidupan yang kita dapatkan hari ini berlaku sementara saja, tidak selamanya.
Dunia merupakan dimensi ketiga dari setidaknya lima dimensi kehidupan yang akan kita lalui. Ia berada di titik tengah. Oleh karenanya, di dunia ini pula sebenarnya kita menentukan bagaimana arah kehidupan kita selanjutnya. Puncak dari segala rangkaian ini tentu ada dalam alam keabadian di akhirat nanti.
Sehingga, sebisa mungkin setiap manusia mampu menjalani kehidupan sesuai versi terbaik dari dirinya, agar kelak di akhirat mendapatkan tempat terbaik untuk melanjutkan rangkaian kehidupan di sisi Tuhan.
Untuk mewujudkan hal itu, diperlukan kesungguhan dalam berikhtiar secara lahir maupun batin. Namun demikian, terdapat sebuah tips untuk mendorong percepatan agar kehidupan kita berjalan dengan lebih baik, yakni dengan menguak rahasia atas kehidupan yang kita jalani kini di dunia.
Mengapa mengetahui rahasia kehidupan menjadi penting? Alasan sederhana atas pertanyaan tersebut ialah karena dengan menguak dan membuka rahasia kehidupan itulah kemudian akan terbuka hal-hal yang Anda dambakan dan inginkan dalam hidup ini.
Rahasia kehidupan sendiri tidak bisa didapatkan dengan semudah membalik telapak tangan. Ada proses yang harus ditempuh dan dilalui secara runtut. Tolok ukur yang bisa digunakan ialah pertumbuhan kesadaran dan kepekaan spiritual kita. Jika kedua aspek itu berkembang, maka hanya persoalan waktu saja rahasia kehidupan akan kita dapatkan.
Kehidupan atau semesta sendiri memiliki mekanisme yang berlaku secara mutlak. Bahwa ia akan menampilkan rahasianya secara terbuka dan menempatkannya secara terang-terangan, bahkan terpampang secara nyata. Yang perlu kita lakukan adalah mencarinya, namun bukan dengan otak dan akal, melainkan dengan kesadaran kita.
Ironisnya, seringkali kita sebagai manusia tidak bisa menangkap makna nyata yang telah dipertontonkan oleh semesta sedemikian rupa. Sebagai contoh, matahari sebagai bintang yang paling dekat dengan bumi sejatinya memiliki keutamaan yang begitu luar biasa. Hanya saja karena kita menikmati dan melihatnya setiap hari, seolah-olah hal itu tidak begitu istimewa.
Contoh lain dari fenomena rahasia kehidupan juga bisa ditemukan dalam praktik olah nafas. Dengan metode dan cara yang tepat, seseorang bisa mengolah nafasnya untuk mendapatkan kehangatan tubuh saat ia berada di wilayah dengan tingkat suhu di bawah 0 derajat celsius. Tentu ini bagian dari rahasia kehidupan yang luput untuk kita perhatikan.
Oleh karena itu, rahasia kehidupan bisa dimanifestasikan dengan penerapan atas tiga kata kunci utamanya, yakni sikap sadari, hargai, syukuri. Pada tahap selanjutnya, barulah kita bisa menguak pula rahasia dari praktik sabar, ikhlas, memaafkan, dan lain sebagainya.
Selain menguak tabir dari kehidupan, satu hal yang perlu dilakukan manusia hari ini ialah menemukan cara untuk keluar dari sabotase dirinya, khususnya dari faktor dalam diri atau biasa disebut dengan aspek batiniah.
Secara umum, manusia itu kebanyakan tersabotase oleh aspek batinnya sendiri. Hal ini dikarenakan tidak adanya keseimbangan antara kondisi lahir dan batin, sehingga seolah-olah keduanya berjalan berlawanan arah.
Jika tidak sinkron antara aspek lahir dan batinnya, maka dipastikan hidupnya tidak akan berkah. Meskipun misalnya dia bekerja begitu keras dari pagi hingga larut malam. Selain itu, ketidaksinkronan ini juga akan mengakibatkan tiadanya keterhubungan dengan alam semesta selaku makrokosmos.
Padahal, sebagaimana jamak kita ketahui, rasa bahagia, tenang, damai, hingga keajaiban itu sejatinya berasal dari dalam diri kita (dimensi batin) bukan didapatkan dari luar diri kita. Hal ini karena segenap perasaan di atas berhubungan dengan dimensi rasa, bukan lagi akal, pikiran, serta tubuh seorang manusia. Kekuatan Allah pun adanya di dalam kesadaran rasa yang terletak dalam batin kita.
Dewasa ini, banyak muncul fenomena di mana seorang anak atau bahkan orang dewasa yang tabungan batinnya kosong. Alhasil perilaku mereka yang kemudian muncul ialah sikap bodo amat, acuh tak acuh, dan tidak memiliki kepekaan sosial maupun spiritual. Dampak lebih jauh yang bisa ditimbulkan kemudian adalah kehilangan arah dalam mengarungi hidupnya.
Pengenalan diri oleh karenanya menjadi sebuah hal yang mutlak diperlukan. Karena barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya. Keterhubungan ke dalam diri kemudian perlu diiringi dengan keterhubungan dengan semesta untuk hidup yang lebih baik. Semesta di sini mencakup diri sendiri, orang tua, alam sekitar, hingga Rasulullah saw.
Pondasi dasar untuk keluar dari sabotase batin bisa dimulai dengan menjadi pribadi yang baik hatinya, banyak menolong orang, menebar manfaat, dan orientasi hidupnya untuk berbagi dan melayani. Dari situlah pelan-pelan kita bisa mengaktifkan batin kita menjadi superpower dan kekuatan tertinggi untuk menggapai hal-hal yang ingin kita raih dalam hidup.
Penulis: Indra Hanjaya - Founder Panca Olah Institute dan Spiritual Life Coach