Membumikan Literasi Nusantara: Penggalian Khazanah Pustaka dan Rasa dalam Bingkai Kenusantaraan

MINGGU, 8 DESEMBER, 2024

Membumikan Literasi Nusantara: Penggalian Khazanah Pustaka dan Rasa dalam Bingkai Kenusantaraan

Pada hari Sabtu, 07 Desember 2024 lalu, agenda Suluh Nusantara 2024 sesi kelima telah berlangsung. Pada edisi kali ini, topik utama yang dibahas berkaitan dengan Literasi Nusantara bersama Kirana Kejora, seorang penulis best-seller serta Founder dari Elang Nuswantara.

Masih dalam rangkaian tajuk Kebangkitan Peradaban Nusantara yang diangkat sebagai tema utama Suluh Nusantara tahun 2024, literasi dipilih sebagai salah satu dari tujuh topik yang bertujuan untuk memahami akar jati diri dan budaya bangsa Nusantara. Pemahaman tentang literasi menjadi pondasi penting bagi kelangsungan sebuah negeri, apalagi jika ia ingin tampil sebagai poros peradaban utama dunia.

Suluh Nusantara 2024 - Literasi Nusantara bersama Kirana Kejora

Sebelum memasuki sesi inti pembahasan, peserta diajak untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya versi 3 Stanza gubahan Wage Rudolf Supratman secara bersama-sama sebagai upaya untuk membangkitkan semangat dan jiwa nasionalisme segenap orang yang hadir. Ritual ini terasa penting, karena alunan musik sendiri berpengaruh terhadap kondisi psikologis dan sistem kepercayaan dalam diri seseorang.

Coach Jaya, Founder Panca Olah Institute, dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur kepada Allah SWT serta berharap pertemuan ini bisa menjadi wasilah nyalanya api peradaban Nusantara. Tak lupa, ia juga berterima kasih kepada Bu Kirana Kejora selaku pemateri serta peserta yang sudah hadir membersamai program Suluh Nusantara.

"Pada hari ini mentor saya, Bu Kirana Kejora, hadir dan akan membersamai proses Suluh Nusantara 2024 yang akan membahas tentang bagaimana literasi Nusantara itu bisa tumbuh dan berkembang. Beliau ini adalah pejuang, beliau ini adalah orang yang hebat," ujar Coach Jaya.

Suluh Nusantara 2024 - Literasi Nusantara bersama Kirana Kejora

Mengawali paparannya, Kirana Kejora terlebih dahulu menyampaikan cerita dan refleksinya atas kondisi yang ia alami beberapa waktu terakhir. Tak heran, energi dan tubuhnya yang terus diforsir untuk melakukan banyak perjalanan dalam membumikan literasi Nusantara membuat kondisinya harus istirahat dalam beberapa pekan.

Namun demikian, hal itu tidak menyurutkan semangat dan api perjuangan yang ia bawa dalam menebarkan edukasi serta mengajak lebih banyak orang lagi untuk sadar akan pentingnya menjaga dan merawat literasi Nusantara kepada masyarakat dunia.

"Literasi Nusantara harus terus terjaga. Mengapa? Karena ia adalah warisan untuk masa depan bangsa ini? Oleh karena itu, jika bukan kita yang mau menjaga, lalu kepada siapa lagi kita harus berharap untuk tumbuh dan berkembanganya literasi khas Nusantara ini," tegas perempuan yang mendaku dirinya sebagai Writerpreneur tersebut.

Suluh Nusantara 2024 - Literasi Nusantara bersama Kirana Kejora

Kirana juga menyampaikan bahwa sejatinya literasi itu bukan hanya soal membaca dan menulis belaka. Ada banyak aspek yang mengiringinya, mulai dari perlunya kemunculan ilmu pengetahuan yang bersifat positif, tidak mengandung unsur sara, politik, kebencian, hinga pornografi, menysiarkan pesan kebaikan, ada kebermanfaatan bagi semua, turut andil untuk masa depan bangsa, berdasarkan riset yang baik, membawa kejujuran, serta sifatnya abadi.

Tak cukup sampai di situ, mengasah literasi bisa dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana yang ada di sekitar kita. Hal ini dikarenakan literasi juga bisa diartikan dengan bagaimana kita mengasah kepekaan terhadap apa yang terjadi dan bagaimana respon yang kita berikan. Dari kepekaan itulah akan muncul satu cerita yang kuat dan membawa pembaca atau orang-orang yang mendengar kisah tersebut beresonansi dengan apa yang kita ceritakan.

Dalam kaitannya dengan hal itu, tak heran kemudian jika penulis ratusan buku ini mengajak siapa saja yang hadir dan menyimak paparannya malam itu tak ragu untuk menjadi seorang writerpreneur. Makna dari writerpreneur itu sendiri ialah bagaimana seorang penulis juga memiliki kemampuan dan keterampilan untuk memasarkan karya tulisnya dengan teknik penceritaan (storytelling) yang memikat.

Suluh Nusantara 2024 - Literasi Nusantara bersama Kirana Kejora

Urgensi akan hal ini menjadi penting, terutama di era kemajuan teknologi informasi yang membuat semua orang hari ini berlomba-lomba untuk menjadi seorang content creator melalui akun sosial media yang bisa dibuat dengan relatif mudah dan sederhana.

Salah satu langkah yang bisa dilakukan ialah dengan menjadi seorang penulis atau pencerita yang memiliki sesuatu yang unik dan berbeda dari kebanyakan orang. Kekuatan budaya dan kearifan lokal bisa menjadi opsi yang ditawarkan, mengingat tak banyak yang berfokus pada aspek tersebut.

Sebagai contoh, Kirana Kejora mengaplikasikan hal tersebut dengan cara membawa wastra (kain tradisional yang lekat dengan budaya khas daerah) di setiap perjalanan yang ia lakukan. Pembeda berupa wastra itulah yang kemudian justru menjadi kekuatan di balik apa yang ia tuliskan untuk khalayak umum.

Suluh Nusantara 2024 - Literasi Nusantara bersama Kirana Kejora

Kegelisahan tentang minimnya penulis yang menyertakan aspek budaya di setiap tulisannya itulah yang membawa Kirana Kejora pada kemudian hari menginisiasi berdirinya Elang Nuswantara, sebuah wadah bagi para penulis yang ingin terlibat dalam proses menjaga dan merawat budaya melalui aspek literasi, khususnya dalam bentuk tulisan.

Ia bercerita bagaimana proses dirinya yang menuliskan buku berbasis kearifan lokal serta warisan budaya berupa benda maupun tak benda membawanya pada titik-titik tertinggi dalam karir dan hidupnya, mulai dari adaptasi buku ke dalam film hingga memperoleh penghargaan nasional maupun internasional atas film yang dibuat berdasarkan buku yang Kirana tuliskan.

Beberapa bukunya yang telah dialihwahanakan dalam bentuk film ialah Air Mata Terakhir Bunda, Ayah Menyayangi Tanpa Akhir, Yorick, serta beberapa karya dalam bentuk series maupun film pendek yang disandarkan terhadap skenario yang ia buat.

Suluh Nusantara 2024 - Literasi Nusantara bersama Kirana Kejora

Lebih lanjut, Kirana juga menyampaikan pentingnya riset dalam melahirkan sebuah karya, karena melalui riset itulah kita bisa mengolah data yang ada menjadi lebih kaya. Dalam konteks tulisan yang mengangkat tema kebudayaan, beberapa aspek yang digali misalnya berkaitan dengan sejarah, kuliner, latar sosial dan ekonomi, edukasi, hingga keindahan alam yang tersimpan di tempat atau latar cerita yang ingin kita tuliskan.

Bagi Kirana, setiap cerita akan menemukan pembacanya. Sehingga, ia terus mendorong siapa pun untuk tidak malu atau khawatir tulisannya tidak ada yang membaca. Pun demikian, proses melahirkan karya tulis yang membawa misi kebudayaan dan peradaban pada akhirnya akan mendapatkan jalan untuk menemui kesuksesan dengan cara yang barangkali tidak terpikirkan oleh manusia itu sendiri.


Leave a Reply