Memahami Kosmologi Nusantara: Teroka Konsep Ruang, Waktu, dan Semesta dalam Perspektif Kenusantaraan bersama Kenny Dewi Juwita

SENIN, 7 OKTOBER, 2024

Memahami Kosmologi Nusantara: Teroka Konsep Ruang, Waktu, dan Semesta dalam Perspektif Kenusantaraan bersama Kenny Dewi Juwita

Rangkaian program Suluh Nusantara 2024 berlanjut memasuki sesi kedua pada Minggu, 06 Oktober 2024. Setelah membahas mengenai Filsafat Nusantara bersama Fahruddin Faiz, pertemuan kedua mengetengahkan pembahasan soal Kosmologi Nusantara dengan Kenny Dewi Juwita, seorang konsultan pengembangan sumber daya manusia yang juga salah satu pendiri dari Trilogy of Female.

Dalam tajuk utama Kebangkitan Peradaban Nusantara yang diangkat sebagai tema utama Suluh Nusantara 2024, kosmologi menjadi hal yang penting untuk dibahas. Topik ini berkaitan dengan bagaimana bangunan pemikiran dan turunan dalam bentuk terapan akan konsep ruang, waktu, dan semesta pada benak masyarakat Nusantara. Pemahaman mengenai hal ini akan berpengaruh dalam cara berperilaku dan menjalani kehidupan sehari-hari kita sebagai manusia yang hidup di negeri penuh keberagaman ini.

Pamflet Suluh Nusantara 2024 - Kosmologi Nusantara bersama Kenny Dewi Juwita

Sebelum memasuki sesi inti pembahasan, peserta diajak untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya versi 3 Stanza gubahan Wage Rudolf Supratman secara bersama-sama sebagai upaya untuk membangkitkan semangat dan jiwa nasionalisme segenap orang yang hadir. Ritual ini terasa penting, karena alunan musik sendiri berpengaruh terhadap kondisi psikologis dan sistem kepercayaan dalam diri seseorang.

Sebagai pengantar, Coach Indra Hanjaya, Founder Panca Olah Institute, dalam sambutannya menyampaikan bahwa paradigma akan kenusantaraan penting untuk dipahami, terutama bagi generasi muda saat ini. "Hari ini kita akan diajak untuk belajar mulai dari timur ke barat, dan melanglang buana kemana-mana dalam belajar tentang kosmologi," ungkap praktisi psikologi dan pemberdayaan diri tersebut.

Ia juga mengutarakan pandangannya mengenai kosmologi. Ada dua hal yang perlu diperhatikan, yakni konsep makro dan mikro. Meskipun demikian, apa yang terjadi dalam aspek makro sebenarnya tergantung kepada aspek mikronya. Oleh karena itu, memahami kedua dimensi itu menjadi hal yang mau tidak mau harus dilakukan oleh setiap orang.

Suluh Nusantara 2024 - Kosmologi Nusantara bersama Kenny Dewi Juwita

Mengawali paparannya, Kenny bertanya tentang beberapa hal, mulai dari letak dari beberapa latar pemandangan yang ia tampilkan, mengapa Nusantara itu memiliki keragaman yang begitu kaya dalam banyak aspeknya, hingga apa yang dimaksud dengan kosmologi itu sendiri.

Berangkat dari diskusi dengan peserta di awal, serta hasil refleksi setelah melakukan berbagai perjalanan, Kenny kemudian menyadari ternyata di Indonesia belum ada telaah secara komprehensif mengenai kosmologi. "Belum ada buku yang menjelaskan kosmologi dalam kacamata Nusantara. Kosmologi secara singkat adalah bagaimana tentang alam dan badan kita berhubungan," ungkap perempuan yang saat ini tinggal di Bali tersebut.

Sebagai contoh, dalam kosmologi Hindu saja dapat membicarakan mengenai kosmologi hingga yoga. Ternyata kosmologi itu juga berbicara tentang penciptaan alam semesta. Alam semesta pun begitu luas. Menurut orang Nusantara ada yang disebut dengan Alam Ngana Alam Sini. Ada orang yang sudah mencapai atas, medium antara, di bawah. Sehingga cakupan pembahasan kosmologi itu terbentang begitu luasnya.

Suluh Nusantara 2024 - Kosmologi Nusantara bersama Kenny Dewi Juwita

Kosmologi Nusantara bisa diartikan sebagai tentang pembentukan kehidupan manusia di Nusantara melalui cara pembelajaran kepercayaan terhadap sesuatu yang membentuk perilaku kesehariannya. Pemahaman kosmologi yang kita pahami selama ini banyak bermuara dari Barat, terutama teori tentang Big Bang. Padahal, ada begitu banyak warisan luhur yang telah ditinggalkan oleh para pendahulu kita di Nusantara.

Kemudian, Kenny pun mengutarakan arti penting bahasa sebagai kunci dalam memahami semesta. Ada begitu banyak jenis bahasa di dunia. Mulai dari bahasa daerah, bahasa internasional, atau juga bahasa komunikasi antara manusia dengan Tuhannya (bahasa batin/bahasa rasa). Ia merefleksikan hal ini dengan pengalaman pribadinya saat mengalami apa yang ia sebut sebagai kebangkitan kesadaran (the awakening) pada usia 40 tahun.

Secara sederhana, kosmologi Nusantara mencerminkan hubungan manusia dengan alam semesta, leluhur, dan entitas spiritual. Ia merupakan cerminan pandangan hidup yang mengintegrasikan dan mengharmonisasikan unsur spiritual, alam, dan kesejahteraan sosial. Ia juga berkaitan dengan keberagaman dalam konteks lokal.

Kearifan lokal ini sendiri dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni dalam aspek makrokosmos dan mikrokosmos. Jika dalam tataran makro, ia tercermin dalam keberlangsungan kehidupan yang bergantung dari bagaimana pengelolaan alam. Contoh nyata dari hal ini ialah ilustrasi bagaimana leluhur Nusantara terdahulu menghormati alam dengan konsep seperti pelestarian hutan, sungai, dan lahar pertanian melalui sistem adat (seperti Subak di Bali atau Sasi di Maluku dan Papua).

Suluh Nusantara 2024 - Kosmologi Nusantara bersama Kenny Dewi Juwita

Adapun kearifan lokal dalam konteks mikro dapat dilihat dari siklus kehidupan dalam balutan berbagai jenis upacara adat. Berbagai upacara dalam siklus hidup (mulai dari kelahiran, dewasa, menikah, sampai meninggal) terintegrasi dengan konsep kosmologi yang diyakini masyarakat setempat. Sebagai contoh, di Toraja terdapat upacara Rambu Solo' untuk peringatan upacara kematian dan penghormatan kepada leluhur.

"Upacara itu untuk mengingatkan setiap siklus. Itulah yang kamu korbankan untuk adat, misal untuk acara desa. Percaya tidak bahwa Allah bakal kasih uang lagi? Kenapa kita tidak menganggap uang itu sebagai malaikat, kalau malaikat datang ya harus disyukuri dengan dibagikan masak malaikat ditahan. Apalagi di Bali, upacara adat itu bisa sampai habis sawah. Maka itu yang disebut kita mulai lagi dari nol," ujar Kenny.

Lebih lanjut, perempuan yang mendaulat dirinya sebagai penjaga budaya Nusantara itu juga mengungkapkan bahwa dulu kesehatan mental (mental health) tidak diajarkan dalam leluhur kita, akan tetapi para leluhur kita mengajarkan konsep nol ini luar biasa, sehingga kita hari ini mau menyederhanakannya pun tidak sanggup. 

Pun halnya dalam pengobatan tradisional Nusantara. Ada perawatan khas model Nusantara. Jamu itu adalah satu kode rahasia alam yang memang harus terus diriset, karena adalah bagian dari siklus kehidupan. "Kenapa ada tanaman yang ditumbuhkan secara liar kalau tidak ada manfaatnya, padahal itu tumbuhan yang dibutuhkan dalam ingredients. Tidak ada namanya obat tunggal dalam pengobatan tradisional. Leluhur kita sudah mengajarkan itu. Kita tidak bisa sendirian, nanti terlalu kental dan meracuni badan," imbuh Kenny secara komprehensif.

Suluh Nusantara 2024 - Kosmologi Nusantara bersama Kenny Dewi Juwita

Dua aspek yang juga menjadi bagian dari pemahaman akan kosmologi Nusantara ialah kepercayaan kepada leluhur, yakni bagaimana masyarakat Nusantara memandang leluhur sebagai penjaga dan pelindung melalui ritual persembahan dalam menjaga keseimbangan dunia spiritual; serta pentingnya mengenali tanda-tanda alam seperti hujan, gempa, atau petir yang sering dianggap sebagai tanda dari alam dan leluhur yang harus dihormati dan direspon dengan ritual tertentu.

Cakupan pembahasan mengenai kosmologi juga terletak pada model arsitektur bangunan yang khas dari tiap daerah di bumi Nusantara. Potret itu misalnya terlihat pada konsep Aluk To Dolo dalam masyarakat Toraja yang berarti jalan leluhur. Kosmologi Toraja membagi alam semesta menjadi tiga bagian, yakni dunia atas (tempat dewa-dewa dan kekuatan spiritual tertinggi, kehidupan setelah mati), dunia tengah (tempat manusia menjalani kehidupan yang berhubungan dengan leluhur dan masyarakat), dan dunia bawah (tempat roh dan kekuatan gaib lainnya).

Khazanah serupa tentu juga tersebar di banyak tempat lainnya, mulai dari Jawa, Sunda, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku, hingga Papua dengan penamaan yang berbeda-beda sesuai tradisi lokal setempat. Penelusuran makna akan kosmologi tak berhenti di situ. Ia juga menyentuh filosofi di balik makanan dan bentuk pengemasannya saat disajikan ke khalayak umum.

Suluh Nusantara 2024 - Kosmologi Nusantara bersama Kenny Dewi Juwita

Dari Bali misalnya ada apa yang disebut dengan segehan pancawarna. Segehan ini mengunakan nasi berwarna lima dan sebagainya. Selain itu dapat pula menggunakan warna asli atau utama yaitu warna putih menggunakan beras, warna merah menggunakan beras merah, warna kuning menggunakan ketan, dan warna hitam menggunakan injin. Dilengkapi pula simbol dari nasi warna kuning.

Nasi yang bewarna kuning melambangkan Bhuta Jenar, nasi yang berwarna merah melambangkan Bhuta Bang, nasi warna putih simbol Bhuta Petak, nasi warna hitam simbol Bhuta Ireng, dan nasi brumbun simbol Bhuta Tiga Sakti. Unsur pelengkap dari hidangan ini ialah garam sebagai simbol Satwika Guna, jahe simbol Rajasika Guna, dan bawang simbol Tamasika Guna. Ketiga unsur tersebut menyimbolkan penetralisir kekuatan Tri Guna. Sedangkan alasnya yang terbuat dari daun pisang bermakna sebagai penolak marabahaya atau Bhuta Kala.

Dari hal ini tentu kita belajar betapa makanan dalam paradigma masyarakat Nusantara bukan hanya sajian penghilang rasa lapar, melainkan juga sebuah cara untuk terhubung dengan alam semesta, leluhur, dan kekuatan spiritual yang diyakini oleh para pemeluk agama di tanah yang bernama Nusantara ini.

Suluh Nusantara 2024 - Kosmologi Nusantara bersama Kenny Dewi Juwita

Pada akhirnya, unsur-unsur kosmologi Nusantara terbentuk dari berbagai kearifan lokal dalam bentuk pemikiran, konsep, hingga terapannnya secara nyata. Beberapa yang bisa disebut misalnya mengenai Tri Hita Kirana, Rwa Bhineda, Pohon Hayat, Mitologi Gunung dan Laut, serta konsep mengenai Waktu Sirkular. Perbincangan dan diskusi malam itu diwarnai dengan elaborasi lebih lanjut dari peserta yang hadir serta dipungkasi dengan refleksi serta ajakan untuk kembali merawat tinggalan leluhur terdahulu dalam konteks kekinian yang bisa diterima secara luas.


Leave a Reply