Manusia dalam Lintasan Hukum Kekekalan Energi Kehidupan

SENIN, 22 MEI, 2023

Manusia dalam Lintasan Hukum Kekekalan Energi Kehidupan

Pernahkah kita mendengar apa yang disebut dengan hukum kekekalan energi? Pada dasarnya, hukum kekekalan energi ini adalah salah satu hukum Fisika yang menyatakan bahwa energi itu kekal alias abadi sehingga tidak dapat berubah sepanjang waktu, dan memiliki nilai yang sama baik sebelum terjadi sesuatu maupun sesudahnya. Satu fakta menarik yang perlu dipahami ialah bahwa hukum kekekalan energi itu bersifat abadi. Secara lengkap setidaknya ada dua keabadian. Pertama, Allah swt itu sendiri. Kedua, Allah mengabadikan perubahan itu sendiri, dan ia termasuk hal yang dikekalkan.

Sebagai contoh, air yang mengalir di sungai itu berubah dan berbeda antara detik satu dengan detik lainnya. Pun demikian dengan gerak awan, pergeseran tanah, serta gelombang angin. Apa pun yang terlihat sama, pada hakikatnya berbeda. Sebagaimana firman Allah yang termaktub dalam surat Ar-Rahman ayat 29:

"Setiap waktu Dia dalam kesibukan. Dalam kehidupan ini, apa saja yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya untuk memenuhi hajat hidup mereka. Karenanya, setiap waktu Dia terus berada dalam kesibukan mengatur dan memenuhi kebutuhan makhluk-Nya."

Hukum kekekalan energi itu sifatnya terhubung antar lintas generasi. Dalam bahasa lain, ia juga disebut hukum tabur tuai atau hukum tarik menarik. Kebaikan atau keburukan sekecil apa pun yang kita lakukan hari ini akan termanifestasi pada keturunan kita kelak.

Perlu disadari bahwa dalam hidup ini tidak ada yang gratis. Semuanya memiliki harga yang harus dibayar. Maksud dibayar di sini adalah bagaimana kita mempertukarkan anugerah dan hadiah kehidupan yang kita terima setiap hari dengan kontribusi nyata kita bagi kehidupan.

Sebagai contoh, misalnya hari ini kita mendapat hadiah kehidupan yang bernilai 10. Maka, dalam hari itu pula kita harus berbuat sesuatu yang minimal memiliki nilai serupa, sehingga valuasinya sama. Akan lebih baik jika kita bisa membayar dengan harga yang lebih tinggi, sehingga ada tabungan semesta yang tersisa bagi kita.

Rahasianya, dimensi nilai tertinggi untuk tabungan semesta kita berkaitan dengan apa yang ada di dalam diri. Ikhlas itu nilainya luar biasa harganya. Adapun ibadah ritual itu sebenarnya memiliki nilai yang rendah. Apa saja yang berkaitan dengan dimensi dalam diri itu nilainya lebih tinggi daripada apa yang berkaitan dengan dimensi luar diri kita.

Hukum kekekalan energi yang bisa pula disebut hukum perbuatan dan tindakan ini berkaitan dengan semesta, yakni antara kita dengan sesama manusia dan lingkungan. Termasuk pula relasi terhadap tumbuhan dan hewan. Sedangkan, dosa yang kita perbuat tergolong ke dalam urusan kita dengan Tuhan, selama dosa itu tidak berkaitan dengan orang lain.

Akan tetapi, jika dosa itu berhubungan dengan orang lain, maka hal paling utama yang harus kita lakukan ialah menyelesaikan urusan dengan orang yang bersangkutan sebagai bagian dari hak manusia (haqqul adami).

Prinsip yang harus kita utamakan dalam hidup ini adalah bahwa semua hal selain Allah itu sifatnya biasa saja, karena yang luar biasa sebenarnya hanya Allah swt. Hal yang lain itu hanya akan menjadi debunya debu. Sering kali, hal-hal yang sebenarnya bersifat biasa saja menjadi seolah-olah luar biasa karena penyikapan kita yang kurang tepat.

Ilustrasi konkret berkenaan dengan prinsip ini bisa kita lihat dalam bab rezeki. Seringkali, penderitaan yang kita rasakan itu bukan karena kurangnya karunia Allah, melainkan karena kurangnya rasa syukur kita, atau boleh jadi kita mengabaikan hak orang lain yang ada dalam rezeki berupa materi yang kita terima.

Oleh karena itu, terdapat metode zakat, sedekah, dan sejenisnya untuk menciptakan keseimbangan dalam kehidupan manusia. Karena dalam rezeki yang kita terima, biasanya terdapat hak orang lain yang harus kita tunaikan.

Selain itu, untuk memperbesar tabungan semesta kita, salah satu upaya yang bisa diperbesar ialah kontribusi sosial kita terhadap masyarakat luas. Kadar nilai ibadah sosial memiliki valuasi yang lebih tinggi daripada ibadah ritual dan personal kita.

Berapa banyak kontribusi yang sudah kita berikan kepada kehidupan? Berapa banyak orang yang sudah kita bantu? Berapa banyak orang yang tercerahkan? Berapa banyak orang yang terpanggil dan menemukan hidupnya kembali karena bantuan kita?

Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan reflektif di atas, maka itu akan menjadi motivasi tersendiri bagi kita untuk terus berbuat nyata bagi khalayak luas. Akan tetapi, di samping melakukan perbuatan baik sebanyak mungkin yang kita bisa, hal yang juga tidak boleh kita lewatkan ialah memperbanyak taubat dan yang paling utama ialah membersihkan hati kita.

Pembersihan hati inilah yang menjadi core dari seberapa besar anugerah dari Allah serta hadiah dari kehidupan yang akan kita terima. Karena hanya dengan kelayakan diri sebagai bagian dari mekanisme pembersihan hati itulah kita bisa termasuk ke dalam orang yang layak diberi hadiah oleh kehidupan.

Pada akhirnya, kesempatan hidup yang kita terima saat ini haruslah kita manfaatkan dengan baik. Sebisa mungkin kita tidak meninggalkan hutang bagi generasi setelah kita. Mulai hari ini, sudah saatnya kita memperbesar tabungan semesta kita, sehingga kelak saldo akhir ketika kita menemui ajal bernilai surplus dan bisa menjadi warisan baik bagi anak turunan kita.

Penulis: Indra Hanjaya - Founder Panca Olah Institute


Leave a Reply