Madrasah Ruhani di Bulan Suci

RABU, 14 APRIL, 2021

Madrasah Ruhani di Bulan Suci

Perputaran waktu membawa kita sampai ke bulan Ramadhan kembali, salah satu bulan yang menurut kepercayaan umat Islam ialah bulan yang suci dan penuh berkah. Bukan tanpa alasan mengapa bulan ini diistimewakan begitu rupa.

Waktu turunnya Al-Qur’an, kitab suci umat Islam, ada di dalam bulan ini, meskipun beberapa pendapat mengatakan bahwa ia tidak hanya turun di bulan Ramadhan. Selain itu, Lailatul Qadr yang juga disebut memiliki kelebihan dibanding seribu bulan menjadi alasan lain mengapa bulan ini terasa sangat agung.

Dari sisi bahasa, kata Ramadhan bisa dirujuk kepada beberapa kata. Pertama, ialah ramadh, dengan makna panas yang membakar. Maksud kontekstual dari kata ini ialah bahwa orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, maka dosa-dosanya akan dibakar dan dilebur sebagai bagian dari proses pembersihan diri. Kedua, yakni ramidh, yang bermakna hujan yang membasahi jalanan. Artinya, siapa yang berpuasa dengan iman dan sungguh-sungguh, Allah akan mengampuni dosa-dosanya layaknya hujan yang menyapu kotoran.

Ketiga, adalah yarmudhuna, dengan arti mengasah. Dahulu, orang Arab sering berperang melawan musuh-musuhnya. Akan tetapi, ketika memasuki bulan Ramadhan mereka akan menghentikan perang itu untuk sementara waktu. Di situlah mereka mengasah raga, jiwa, dan pikirannya, di samping mengasah amunisi sebagai bekal untuk peperangan selanjutnya.

Jika ditarik ke konteks saat ini, Ramadhan hendaklah menjadi salah satu medan penggemblengan diri seseorang (baik dalam hal fisik, emosional, sosial, intelektual, hingga spiritual) dalam menghadapi realita kehidupan di sebelas bulan selanjutnya. Sangat disayangkan jika puasa hanya dimaknai sebagai menahan lapar dan haus saja, tanpa disertai mencegah seluruh anggota badan dari bentuk-bentuk dosa lahir maupun dosa batin.

Sementara itu, Syaikh Abdul Qadir Jailani mengelaborasi makna Ramadhan dari segi huruf-huruf yang menyusun kata Ramadhan tersebut. Beliau mengemukakan bahwa Ra maksudnya Ridhwanuh (Ridhanya Allah), Ma ialah Mahabbatuh (Cintanya Allah), Dha merupakan Dhammanuh (Jaminan Allah), dan N adalah Nuruh (Cahaya Allah).

Lebih lanjut, Ramadhan bisa dimaknai sebagai madrasah ruhani yang menjadi sarana dalam meningkatkan kualitas diri sebagai seorang manusia. Perubahan dalam aspek spiritual inilah yang sejatinya begitu penting dalam menunjang keberhasilan hidup seseorang.

Bukankah tampilan mobil yang indah nan mewah tak ada artinya jika mesin di dalamnya rusak dan tak berfungsi? Begitu pula kedudukan ruhaniah manusia. Ia ibarat mesin penggerak yang begitu vital dan krusial perannya bagi aspek-aspek lain yang ada dalam diri manusia.

Layaknya sebuah institusi pendidikan, pembekalan dan latihan yang dilakukan selama sebulan akan terlihat hasilnya pada ujian-ujian sebenarnya yang ada pada sebelas bulan pasca Ramadhan. Durasi waktu yang berjumlah kurang lebih tiga puluh hari itu seharusnya telah menancapkan bekas bagi mereka yang menjalaninya. Penelitian modern pun mengonfirmasi hal itu. Maxwell Maltz misalnya menyatakan bahwa diperlukan minimal dua puluh satu hari untuk membentuk kebiasaan dan pola hidup baru.

Oleh karenanya, Ramadhan kali ini hendaknya bisa dijadikan momen untuk menghentikan hal-hal buruk yang telah lama menjadi kebiasaan, serta membentuk pola-pola kebiasaan baru yang lebih baik dan optimal dalam menunjang visi dan misi hidup yang telah kita canangkan, baik untuk kesuksesan pribadi, keluarga, maupun masyarakat.


Leave a Reply