KH. Ahmad Dahlan dan Transformasi Pendidikan di Indonesia

SENIN, 26 SEPTEMBER, 2022

KH. Ahmad Dahlan dan Transformasi Pendidikan di Indonesia

Akhir pekan lalu, program Suluh Nusantara edisi kesembilan dengan tema pembahasan KH. Ahmad Dahlan telah berlangsung dengan menghadirkan salah seorang kader Muhammadiyah yang tengah menempuh program doktoral di École Normale Supérieure Lyon, Prancis, yakni Andar Nubowo, DEA.

Acara yang dihelat pada Minggu, 25 September 2022 itu dihadiri oleh puluhan peserta dari berbagai daerah Indonesia. Mengawali agenda tersebut, semua peserta yang hadir menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama-sama.

Sesuai dengan visinya, Suluh Nusantara sebagai bagian dari program Panca Olah Institute bertujuan untuk menggali khazanah pemikiran, gagasan, serta peran dari para tokoh Nusantara untuk mencegah amnesia historis serta pengaburan sejarah yang selama ini cukup sering terjadi dalam narasi sejarah yang beredar di kalangan masyarakat luas.

Suluh Nusantara Vol. 9: KH. Ahmad Dahlan

Ketika memberikan paparan awalnya, Andar Nubowo menjabarkan bagaimana situasi dan kondisi dunia saat KH. Ahmad Dahlan hidup dan kemudian merintis Muhammadiyah pada tahun 1912.

Pertarungan ideologi yang terjadi ketika itu tentu turut membentuk dan berpengaruh dalam diri seorang Muhammad Darwisy, atau lebih dikenal dengan Ahmad Dahlan di kemudian hari. Ia membaca gelora Pan-Islamisme yang dipelopori oleh Jamaluddin al-Afghani. Semangat reformis inilah yang kemudian menjadi salah satu motivasi dari pergerakan KH. Ahmad Dahlan.

Meskipun beliau belajar dengan Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi yang dikenal cukup ketat dalam pemahaman syariat dan ajaran Islamnya dengan corak tradisionalisnya, hal ini tidak lantas membuat KH. Ahmad Dahlan menjadi pribadi yang berpandangan sama seperti itu.

Bahkan, KH. Ahmad Dahlan juga turut membaca secara rutin majalah Al-Manar dan Al-Munir yang berisikan semangat untuk menyinergikan Islam dengan dunia modern yang berbasis sains dan rasionalitas.

"Oleh karena itu, KH. Ahmad Dahlan sejatinya merupakan seorang kosmopolitan (mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas, serta mampu beradaptasi di semua ekosistem)," ungkap Andar Nubowo.

Suluh Nusantara Vol. 9: KH. Ahmad Dahlan

Bukti bahwa KH. Ahmad Dahlan seorang kosmopolit sejati juga bisa dilihat ketika ia memutuskan untuk menemui Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet atau lebih dikenal Henk Sneevliet saat Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) awal-awal berdiri.

Akan tetapi, pria yang juga mendapat penghargaan Prix Mahar Schützenberger 2021 itu juga menyatakan bahwa KH. Ahmad Dahlan juga belajar kepada para pendeta katolik serta guru-guru di organisasi Boedi Oetomo tentang bagaimana cara dan sistem yang tepat untuk mendirikan sekolah modern.

Lebih jauh, kehadiran Muhammadiyah menurutnya tentu tidak bisa dilepaskan dari organisasi-organisasi yang telah muncul sebelumnya, seperti Syarikat Islam, Boedi Oetomo, dan lain sebagainya.

Di awal berdirinya Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan merintis pembangunan sekolah dan pusat kesehatan umum bagi masyarakat luas. Hal ini kemudian menjadi satu legacy yang diteruskan hingga hari ini.

Ribuan sekolah, universitas, serta rumah sakit dengan identitas Muhammadiyah hari ini kita lihat berdiri dengan kokoh dan megah di berbagai sudut kota dan seantero Nusantara. Transformasi pendidikan ala KH. Ahmad Dahlan untuk mengawinkan pendidikan agama dengan pendidikan modern pun telah terwujud dan diadopsi oleh berbagai pihak.

Suluh Nusantara Vol. 9: KH. Ahmad Dahlan

"Dalam coraknya, KH. Ahmad Dahlan ialah seorang yang mengedepankan pendidikan yang berorientasi amal, atau kalau meminjam istilah Mohammed Arkoun ialah pendidikan Islam terapan," ujar Andar Nubowo.

Teologi surah Al-Ma'un pun masyhur sebagai cerita bagaimana dahulu KH. Ahmad Dahlan mendidik murid-muridnya dengan mengulang-ulang satu surah yang sama hingga mereka bisa mengerti, memahami, dan terpenting mengamalkan apa isi kandungan dari surah tersebut.

Memungkasi paparannya, Andar Nubowo yang juga seorang penulis buku "Becoming Muhammadiyah: Autobiografi Gerakan Kaum Islam Berkemajuan" memberikan otokritik terhadap model pendidikan yang ada di Indonesia sekarang pada umumnya, juga kepada Muhammadiyah sebagai organisasi.

Kontekstualisasi pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang sesuai dengan semangat zaman saat ini adalah hal yang tak boleh dilupakan. Karena, tidak semua persoalan bisa terselesaikan dengan semata mendirikan sekolah, universitas, atau rumah sakit begitu saja.

Suluh Nusantara Vol. 9: KH. Ahmad Dahlan

Kompleksitas tantangan yang tengah kita hadapi hari ini tentu menuntut lahirnya pembaruan dan inovasi-inovasi kreatif dari setiap orang, sebagaimana KH. Ahmad Dahlan dahulu menjadi seorang pembaharu pada zaman di mana modernisme masih menjadi hal yang tabu.


Leave a Reply