Belajar dari Sunan Drajat: Menebar Kebahagiaan kepada Orang Lain serta Membangun Kesejahteraan Sosial

KAMIS, 29 FEBRUARI, 2024

Belajar dari Sunan Drajat: Menebar Kebahagiaan kepada Orang Lain serta Membangun Kesejahteraan Sosial

Pada tanggal 28 Februari lalu, Suluh Nusantara Raja-Wali yang mengulas pemikiran dan teladan wali songo kembali hadir dengan fokus pembahasan mengenai Sunan Drajat, sosok wali songo yang terkenal akan watak dan jiwa sosialnya yang tinggi, seperti kepedulian terhadap fakir miskin dan pengutamaan terhadap kesejahteraan sosial masyarakat.

Tema utama yang diangkat pada momen kali ini ialah Laku Hidup Sunan Drajat: Menebar Kebahagiaan, Merawat Etos Sosial Kemasyarakatan. Narasumber utama yang menemani agenda Suluh Nusantara tersebut adalah KH. Abdul Hannan Ihsan, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsani Sendang, Bangkalan, serta Keturunan yang juga Pengkaji Manuskrip Sunan Drajat.

Suluh Nusantara Raja-Wali Sunan Drajat Pamflet

Sebelum memasuki sesi inti pembahasan, peserta diajak untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya versi 3 Stanza gubahan Wage Rudolf Supratman secara bersama-sama sebagai upaya untuk membangkitkan semangat dan jiwa nasionalisme segenap orang yang hadir. Ritual ini terasa penting, karena alunan musik sendiri berpengaruh terhadap kondisi psikologis dan sistem kepercayaan dalam diri seseorang.

Ahmad Bagus Kazhimi, salah satu inisiator program Suluh Nusantara, menyampaikan dalam sambutannya bahwa tidak mudah untuk mencari sosok-sosok yang tepat dalam program Suluh Nusantara, salah satunya termasuk Sunan Drajat. Oleh karena itu, kehadiran KH. Abdul Hannan Ihsan merupakan kebahagiaan tersendiri karena beliau merupakan dzurriyah yang juga rajin mengkaji manuskrip-manuskrip mengenai Sunan Drajat.

Sebagai pembuka, KH. Abdul Hannan Ihsan mengutarakan ada beberapa manuskrip tentang Sunan Drajat. Ada yang banyak diketahui oleh khalayak luas, namun banyak pula yang tidak diketahui oleh masyarakat luas. Sebagai contoh, lokasi wafat dari Sunan Drajat tidak pernah dibicarakan secara jelas.

Suluh Nusantara Raja-Wali Sunan Drajat

Merujuk pada beberapa manuskrip keluarga maupun kraton, ternyata Sunan Drajat pernah berada di wilayah Cirebon dan menikah dengan putri sinuhun Gunung Jati. Bahkan, dalam beberapa manuskrip disebut bahwa ia wafat di daerah Barat, yakni Paciran atau daerah yang ada di Lamongan.

Adapun dari karakter atau sosok pribadi Sunan Drajat, ia dikatakan telah mempelajari banyak rumpun keilmuan, mulai dari fikih hingga tasawuf. Hal ini kemudian berpengaruh kepada bagaimana ia memformulasikan pengetahuan, termasuk ketika ia membuat tujuh filosofi hidup yang lebih dikenal dengan pepali pitu.

"Salah satu aspek praktis yang diajarkan oleh Sunan Drajat adalah ketika ia berdakwah, maka yang pertama dibangun adalah bagaimaan membangun komunikasi dengan masyarakat sekitar, bukan langsung memberikan ceramah atau pengajaran saat melakukan dakwah. Pola ini disebut juga dengan teladan perilaku (dakwah bil hal)," ujar KH. Abdul Hannan Ihsan.

Suluh Nusantara Raja-Wali Sunan Drajat

Oleh karenanya, Sunan Drajat lebih menekankan bagaimana kita bisa membuat orang lain senang terlebih dahulu (idkhal as-surrur), karena ketika orang lain sudah merasa senang, akan lebih mudah untuk berdakwah atau menyampaikan pesan-pesan kebaikan kepada orang tersebut.

Selain itu, sikap yang diketengahkan oleh Sunan Drajat ialah eling lan waspada, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kita senantiasa ingat dan berhati-hati dalam melakukan segala sesuatu. Tak hanya itu, ia juga menekankan setiap orang agat tidak takut dengan resiko, ujian, tantangan, atau hambatan dalam meraih cita-cita yang telah kita canangkan. Kebahagiaan itu terletak dalam proses yang kita jalani, bukan pada hasil yang kita dapatkan.

Mengenai pengendalian diri, khususnya hawa nafsu, Sunan Drajat juga mengemukakan pentingnya membedakan mana yang termasuk kebutuhan serta keinginan. Apa yang menjadi keinginan hendaknya tidak dilampiaskan terus-menerus, karena ini merupakan salah satu cara untuk mengendalikan hawa nafsu.

Suluh Nusantara Raja-Wali Sunan Drajat

Dalam wejangannya, salat juga menjadi poin penting yang menjadi perhatian Sunan Drajat. Karena ia adalah tiang dari agama, maka ia mengimbau agar seorang Muslim tidak sekali-kali meninggalkan salat lima waktu yang telah menjadi risalah utama Nabi Muhammad saw.

Kiai Hannan kemudian menjabarkan bahwa ada empat dimensi utama dalam tujuan dakwah Sunan Drajat, yakni aspek sandang, pangan, papan, dan sosial. Wejangan itu disampaikan dalam pesan untuk memberikan tongkat kepada orang buta, memberikan makan kepada orang yang lapar, dan memberikan busana kepada orang yang telanjang.

Suluh Nusantara Raja-Wali Sunan Drajat

Tak heran kemudian, menurut pembacaan Kiai Hannan, aspek utama yang ditekankan oleh Sunan Drajat dalam setiap kegiatan dakwah yang dilakukan bukanlah melalui seni seperti yang selama ini dipahami oleh masyarakat luas, melainkan dengan cara membangun serta mewujudkan kesejahteraan sosial kepada masyarakat di wilayah ia berdakwah.


Leave a Reply